Sunan Drajat diperintahkan untuk berdakwah di Pulau Jawa, tepatnya di daerah Jawa Timur.
Sosok Sunan Drajat dikenal dengan berbagai nama lain, seperti Raden Syarifuddin, Masaikh Munat, Pangeran Kadrajat, dan Maulana Hasyim.
Lalu, pada 1814, Sunan Drajat juga sempat diberi gelar oleh Raden Patah dari Demak, yaitu Sunan Mayang Madu.
Asal-usul Sunan Drajat
Sunan Drajat lahir pada 1470 di Surabaya, Jawa Timur.
Saat kecil, Sunan Drajat lebih dikenal dengan nama Raden Syarifuddin atau Raden Qosim.
Ia adalah putra dari Sunan Ampel dan Dewi Condrowati atau Nyai Ageng Manila.
Sunan Drajat merupakan adik dari Sunan Bonang yang juga merupakan salah satu wali yang menyebarkan ajaran agama Islam di Pulau Jawa.
Dakwah
Sejak kecil, Sunan Drajat sudah mempelajari tentang agama Islam.
Setelah menguasainya, Sunan Drajat memutuskan untuk berdakwah di Gresik, Jawa Timur.
Setahun berikutnya, Sunan Drajat pindah sejauh satu kilometer ke selatan dan mendirikan sebuah pesantren di Desa Drajat, Lamongan, Jawa Timur, sekitar abad ke-15 dan 16.
Konon, dari nama tempat pesantren ini didirikanlah ia disebut sebagai Sunan Drajat.
Strategi dakwah
Sunan Drajat berdakwah lewat media seni, termasuk dengan suluk dan tembang pangkur.
Beberapa cara dakwah yang dilakukan oleh Sunan Drajat adalah:
Ketujuh strategi dakwah Sunan Drajat ini disebut sebagai ajaran Pepali Pitu, yang berarti tujuh dasar ajaran.
Selain itu, Sunan Drajat juga menanamkan ajaran Catur Piwulang, yang isinya adalah ajakan untuk selalu berbuat baik kepada sesama.
https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/17/190000179/biografi-sunan-drajat-wali-songo-dari-jawa-timur