Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Abu Nawas, Penyair Seribu Satu Malam

Ia digambarkan sebagai sastrawan Arab terbesar yang bijaksana dan memiliki sifat jenaka.

Pria yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di Irak ini dikenal karena bakat sastranya serta kecintaannya yang kuat pada anggur.

Banyak syair karya Abu Nawas yang menggambarkan wine (minuman beralkohol dari fermentasi jus anggur) serta mencerminkan kehidupan, keyakinan, dan kecintaannya.

Masa kecil

Abu Nawas lahir pada 756 M, dengan nama Abu Al-Hasan bin Hani’ Al-Hakimi di Kota Ahwaz, Persia.

Ia lahir dari seorang ibu berdarah Persia dan seorang ayah keturunan Arab.

Ayahnya seorang prajurit yang telah meninggal dunia ketika Abu Nawas masih kecil.

Abu Nawas kecil kemudian diasuh oleh ibunya dan dibawa pindah ke kota Basrah.

Di kota inilah Abu Nawas diperkenalkan dengan bahasa dan kesusasteraan.

la sering menghadiri pertemuan-pertemuan yang membicarakan masalah bahasa atau sastra.

Setelah merasa memiliki bekal ilmu pengetahuan mengenai bahasa dan sastra, Abu Nawas pergi ke Kufah untuk melanjutkan studi kepada seorang penyair bernama Walibah al Habbab al Asadi.

Tidak lama kemudian, ia pergi ke Bagdad untuk menemui penguasa pemerintahan pada waktu itu, yaitu Khalifah Harun ar Rasyid.

Di sinilah ia kemudian menemukan dunianya, yakni kesusasteraan atau lebih tepatnya kepenyairan.

Ia menciptakan puisi mengenaik berbagai topik, seperti soal pria, wanita, sanjungan, cacian, hingga tentang minuman keras.

Lantaran terlalu gemar menulis puisi tentang minuman keras (khamr), ia pun digolongkan ke dalam kelompok penyair khamr yang terbesar.

Puisi-puisinya tentang khamr telah dikumpulkan dalam sebuah buku kumpulan puisi (diwan) yang berjudul Khamriyyat.

Ketenaran karya Abu Nawas (Seribu satu Malam)

Abu Nawas dianggap sebagai sastrawan terbesar pada era literatur Arab Klasik.

Karya-karyanya memengaruhi banyak sastrawan setelahnya, seperti Hafiz dan Omar Khayam.

Beberapa tema puisi Abu Nawas yang terkenal adalah nostalgia kehidupan orang Badui dan pembaruan kehidupan di Bagdad.

Karya Abu Nawas dianggap sebagai bagian dari pembaruan kesusastraan Arab pada masa Kekhalifahan Bani Abbasiyah.

Selain itu, Abu Nawas dianggap sebagai sastrawan penting dalam pembaruan kesusastraan Arab karena menganggap puisi sebagai ekspresi bebas dan langsung.

Ketenaran Abu Nawas bukan hanya di negara-negara Timur seperti Indonesia, tetapi juga di negara-negara Barat.

Ketenaran ini berkat bukunya yang berjudul Alfu Lailah Wa Lailah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Thousand and One Night (Seribu satu Malam).

Ketenaran Abu Nuwas bukan hanya terbatas pada kalangan terpelajar, tetapi juga di kalangan pesantren.

Akhir hidup

Abu Nawas meninggal dunia pada 810 M. Namun, dalam Al Mausu’ah Muyassarah, disebutkan bahwa ia meninggal pada 814 M.

Perihal kematian Abu Nawas masih dalam perdebatan para ahli.

Terlepas dari perbedaan tahun kematiannya, yang pasti, Abu Nawas dimakamkan di Kota Bagdad, Irak.

Referensi:

  • Abubakar, H. (1995). Penyair Abu Nuwas , Selayang Pandang. Humaniora, 1, 23–28.
  • Aidah, Siti Nur. (2020). 25 Kisah Pilihan Tokoh Sufi Dunia. Yogyakarta: Penerbit KBM Indonesia.
  • Nicholson, Reynold A.A Literary History of The Arabs. Cambridge University Press, 1962.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/09/05/120000579/abu-nawas-penyair-seribu-satu-malam

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke