Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana Kerajaan Samudera Pasai Menurut Tome Pires?

Letak kerajaan ini berada di pesisir utara Sumatera, tepatnya di dekat Kota Lhokseumawe, Aceh.

Informasi kesejarahan Kerajaan Samudera Pasai didapatkan dari beragam sumber, salah satunya catatan asing yang ditulis oleh Tome Pires.

Bagaimana Kerajaan Samudera Pasai menurut Tome Pires?

Berita Tome Pires dalam Suma Oriental

Tome Pires adalah seorang ahli obat-obatan dan administrator kolonial Portugal yang pernah ditugaskan di Malaka.

Setelah Portugis menduduki Malaka pada 1511, Tome Pires ditugaskan sebagai kepala akuntan pemerintah kolonial di sana.

Pada saat itulah, Tome Pires menulis sebuah buku yang bersisi tentang geografi, etnografi, dan keberadaan jalur pelayaran antara Jepang dan Laut Merah yang melewati Selat Malaka.

Judul buku dari Tome Pires adalah Suma Oriental, yang menjadi catatan penting mengenai kehidupan perdagangan dan awal penjajahan bangsa Eropa di belahan dunia timur pada awal abad ke-16.

Suma Oriental disusun oleh Tome Pires selama tiga tahun, yakni antara 1512-1515.

Buku ini memuat catatan penting dan komprehensif mengenai Kepulauan Melayu, Sumatera, Jawa, hingga Maluku, yang dikenal sebagai kepulauan rempah-rempah.

Tulisan Tome Pires mengenai kehidupan di Sumatera, Jawa, dan Maluku, pada awal abad ke-16 pun menjadi salah satu sumber terpenting bagi kajian Islam kontemporer di Indonesia.

Mengenai Kerajaan Samudera Pasai, Tome Pires menyebut ibu kota kerajaan ini adalah Pase, tetapi beberapa orang lebih senang menyebutnya Camotora (yang sangat mungkin merujuk pada kata Samudera).

Melansir laman Kemdikbud, Kerajaan Samudera Pasai disebut mempunyai kota-kota besar dan banyak penduduknya.

Menurut catatan dari Tome Pires, lokasi kerajaan yang berada di pinggir Selat Malaka membuat Samudera Pasai mudah terekspos dan menjalin hubungan dagang dengan dunia internasional.

Karena itu, Kerajaan Samudera Pasai dalam membangun fondasi ekonomi mengandalkan sektor perdagangan.

Barang komoditas yang diperdagangkan oleh Kerajaan Samudera Pasai adalah lada, sutra, kapur barus, dan emas.

Tome Pires mencatat bahwa ekspor lada bisa mencapai 8.000-10.000 bahar per tahun, atau setara 2.800-3.500 ton.

Sebagai alat pembayaran, Kerajaan Samudera Pasai memiliki ceiti, mata uang dari timah yang memuat nama raja yang memerintah.

Namun, untuk transaksi secara umum, biasanya menggunakan mata uang internasional seperti drama (kemungkinan dirham) dan cruzado milik Portugis.

Selain itu, Tome Pires menyatakan bahwa setiap kapal barang dari Barat yang melewati Kerajaan Samudera Pasai ditarik pajak sesuai jenis kapal atau jung.

Untuk bea cukai barang ekspor, dari setiap bahar yang diekspor dibebani pajak sebesar satu maz (kira-kira 23 gram).

Barang-barang yang diimpor dari Barat dikenakan enam persen, dan bagi setiap budak yang dijual dengan harga lima maz dari emas dan semua barang dagangan yang diekspor dikenakan biaya satu maz per bahar.

Sedangkan bahan makanan sama sekali tidak dikenakan bea cukai masuk, kecuali memberi hadiah.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/06/30/090000879/bagaimana-kerajaan-samudera-pasai-menurut-tome-pires-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke