Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Candi Cibuaya, Situs yang Disucikan Sejak Akhir Masa Praaksara

Di situs ini terdapat enam sektor sisa-sisa percandian dari batu bata merah, serta tinggalan berupa batu pipisan, lumpang batu, dan dua arca Wisnu.

Keberadaan Situs Cibuaya diketahui sejak awal abad ke-20 dan sejak itu serangkaian kegiatan ekskavasi telah dilakukan.

Kegiatan penelitian belum dapat memastikan situs ini memiliki asosiasi dengan suatu agama atau kerajaan tertentu.

Akan tetapi, para peneliti meyakini bahwa situs ini merupakan tempat yang disucikan sejak akhir masa praaksara atau sebelum periode Hindu-Buddha.

Sejarah penemuan dan ekskavasi Situs Cibuaya

Situs Cibuaya pertama kali disebut dalam Daftar Inventaris Temuan Purbakala di Jawa Barat pada 1914 oleh NJ Krom.

Namun, penelitian dan ekskavasi baru dilakukan pada 1950-an dan berlanjut hingga 1990-an.

Situs Cibuaya berada di tengah-tengah kawasan pertanian sawah irigasi yang diolah sepanjang tahun.

Perhatian arkeologis terhadap situs ini dilakukan setelah ditemukan dua buah arca Wisnu pada 1951 dan 1957, yang kemudian diteliti oleh Boisselier pada 1959.

Dua arca tersebut lanjut diteliti oleh Sutjipto Wirjosuparto dan Edi Sedyawaty pada 1963.

Pada 1977, Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional (sekarang Pusat Penelitian Arkeologi Nasional) melakukan penelitian yang menghasilkan temuan tiga buah reruntuhan bangunan, yakni Sektor 1, Sektor 2 (Lemah Duwur Wadon), dan Sektor 3 (Lemah Duwur Lanang).

Penelitian dilanjutkan oleh Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1984 dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada 1992, yang berhasil menampakkan rentuntuhan dan benda-benda arkeologi lainnya.

Penelitian terakhir di era 1990-an yang dilakukan oleh Anwar Falah dari Balai Arkeologi Bandung menyimpulkan bahwa Situs Cibuaya telah dihuni oleh manusia sejak masa akhir praaksara atau sebelum periode Hindu-Buddha.

Temuan di Candi Cibuaya

Melansir laman Kemdikbud, berdasarkan penelitian dari tahun 1950-an hingga 1990-an, di Situs Cibuaya telah diinventarisasi enam struktur reruntuhan bangunan dan beberapa benda arkeologi lainnya.

Berikut ini temuan-temuan di Situs Cibuaya.

Sektor 1

Struktur ini ditemukan pada saat dilakukan penelitian pada tahun 1977.

Sayangnya, bentuk dan denah reruntuhan bangunan ini tidak dapat dikenali lagi.

Sektor 2

Sektor 2 dinamai Lemah Duwur Wadon. Penelitian pada 1977 berhasil menampakkan struktur bangunan bata merah berdenah bujur sangkar berukuran 3,5 x 3,5 meter.

Berdasarkan runtuhan bata pada sisi timur, diduga bangunan ini dulunya menghadap arah timur.

Penelitian pada 1984 menamukan sebaran sejumlah batu kali yang berada di bawah sebaran batu bata.

Sektor 3

Sektor 3 dinamai Lemah Duwur Lanang, yang berada sekitar 1.500 meter dari Lemah Duwur Wadon.

Struktur bangunan ini berukuran 9 x 9,6 meter dengan tinggi sekitar 2 meter dan menghadap ke utara.

Di atas struktur ini terdapat sebuah batu berbentuk silinder yang diyakini sebagai batu lingga yang bentuknya tidak lagi sempurna.

Setelah ditelusuri, ternyata lingga tersebut tidak berasal dari situs ini. Batu tersebut ditemukan di aliran Sungai Cibuaya yang kini telah mati, dan beberapa orang yang menemukannya membawanya ke Lemah Duwur Lanang.

Di sebelah selatan Sektor 3, terdapat pemakanan yang usianya lebih muda dari reruntuhan bangunannya.

Makam-makam tersebut menggunakan nisan dari bata yang diambil dari struktur Lemah Duwur Lanang.

Sektor 4

Sektor 4 berjarak sekitar 50 meter dari Sektor 2 atau Lemah Duwur Wadon.

Sayangnya, penggalian pada 1992 hanya menampakkan sebaran bata yang denah dan bentuknya tidak diketahui lagi.

Sektor 5

Di Sektor 5 terdapat dua reruntuhan bangunan dari bata. Reruntuhan pertama yang berukuran 4,35 x 4,45 meter ditemukan pada 1992.

Reruntuhan tersebut berupa dinding sejumlah 13 lapis bata yang berlepa.

Lepa (perekat bangunan seperti semen) tersebut terbuat dari campuran kerang laut yang ditumbuk berwarna putih.

Penggalian pada 1994 menemukan reruntuhan kedua yang berjarak 5,5 meter dari bangunan pertama.

Reruntuhan kedua berdenah bujur sangkar berukuran 4,4 x 4,8 meter. Bersamaan dengan itu ditemukan fragmen kepala arca, lepa bermotif, dan sebuah manik.

Sektor 6

Sektor 6 berupa gundukan tanah setinggi 0,4 meter dengan denah berukuran 4 x 8 meter.

Keadaan sektor ini sudah rusak dan bata-batanya banyak yang telah dimanfaatkan warga sekitar untuk pembangunan pemukiman dan pematang sawah.

Arca Wisnu Cibuaya 1

Arca Wisnu Cibuaya 1 ditemukan di Kecamatan Pedes oleh Warsinah yang hendak menggali sumur pada 1951.

Arca bertangan empat dan dalam sikap berdiri ini memiliki tinggi 63 cm.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa seni hias arca ini menunjukkan ciri arca gaya Pallawa dari abad ke-7 atau abad ke-8.

Arca Wisnu Cibuaya 2

Arca Wisnu Cibuaya 2 ditemukan pada 1957. Bentuk arca setinggi 48 cm ini mirip seperti arca pertama.

Penelitian menunjukkan arca yang terbuat dari batu hitam yang dipoles ini menunjukkan ciri-ciri Pala di Bihar dan Bengal (India Utara).

Diperkirakan, Arca Wisnu Cibuaya 2 berasal dari abad ke-9.

Batu pipisan

Pada 1947 dan 1948, warga sekitar Desa Pejaten menemukan delapan batu pipisan.

Setelah itu, ditemukan kembali 14 batu pipisan, sehingga jumlahnya menjadi 22.

Bentuk dari batu pipisan tersebut memiliki bidang rata pada permukaannya dan kaki pada bawahnya serta terbuat dari batu andesit.

Lumpang batu dan batu bergores

Lumpang batu ditemukan pada 1984, ketika dilakukan survei di Desa Krajan Cibuaya di rumah serang penduduk.

Survei pada 1996 kembali menemukan lumpang batu di halaman rumah seorang warga dekat Pasar Cibuaya.

Tidak jauh dari situ, ditemukan batu andesit bergores berukuran 60 x 80 x 20 cm dengan posisi mendatar.

Batu tersebut memiliki banyak sekali goresan yang memenuhi seluruh permukaannya.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/03/12/120000579/candi-cibuaya-situs-yang-disucikan-sejak-akhir-masa-praaksara

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke