Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hamzah bin Abdul Muthalib, Paman Rasulullah yang Dijuluki Singa Allah

Bahkan karena perjuangannya dalam membela agama Islam, Hamzah bin Abdul Muthalib dijuluki sebagai Singa Allah.

Setelah masuk Islam pada tahun 616, ia selalu menjadi pelindung utama Nabi Muhammad dalam menjalankan dakwah Islam dan peperangan melawan kaum musyrikin.

Hamzah bin Abdul Muthalib meninggal dengan tragis dan menjadi syuhada pada Perang Uhud yang terjadi pada tahun 625.

Nabi Muhammad kemudian memberinya gelar Sayyid al-Syuhada, yang artinya pemimpin para syahid (orang-orang yang wafat karena berjuang di jalan Allah).

Asal-usul dan proses masuk Islam

Hamzah bin Abdul Muthalib lahir di Mekkah pada sekitar tahun 566 atau 568. Usianya diperkirakan dua tahun lebih tua dari Nabi Muhammad.

Ia merupakan putra Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad) sekaligus adik dari Abdullah bin Abdul Muthalib (ayah Nabi Muhammad), tetapi berbeda ibu.

Selain dari pihak ayah, hubungan Sayyidina Hamzah dengan Rasulullah juga berasal dari pihak ibu.

Pasalnya, ibu dari Hamzah yang bernama Halah binti Wuhaib adalah keponakan dari kakek Nabi Muhamad dari pihak ibu.

Hamzah dikenal sebagai pemuda jenius yang pandai bermain panah dan kerap pergi berburu.

Menurut riwayat, Hamzah memutuskan memeluk agama Islam setelah melihat kaum Musyrikin melempar kotoran unta ke kepala Muhammad SAW.

Ada pula yang menyebut bahwa Hamzah tidak terima ketika Nabi Muhammad dihina dan diserang oleh Abu Jahal.

Setelah membalas hinaan yang diterima Nabi dengan menyerang Abu Jahal, Hamzah memeluk Islam.

Proses masuk Islam Hamzah bin Abdul Muthalib diperkirakan berlangsung pada sekitar tahun 616.

Sejak masuk Islam, Hamzah bertindak sebagai pelindung Nabi Muhammad dan melakukan dakwahnya secara terbuka.

Selama mengikuti Nabi Muhammad berdakwah, Hamzah bersama dengan Ali bin Abi Thalib bersama-sama berusaha menjaga Nabi Muhammad dari gangguan kaum Musyrikin.

Hamzah terus mendampingi Nabi Muhammad, bahkan ikut hijrah ke Madinah pada tahun 622.

Mendampingi Rasulullah dalam pertempuran

Tumbuh sebagai sosok yang pandai berperang, Hamzah bin Abdul Muthalib dipercaya Rasulullah menjadi panglima militer pertama bagi umat Muslim.

Hamzah bin Abdul Muthalib beberapa kali dipercaya oleh Nabi Muhammad untuk memimpin pasukan Islam dalam pertempuran, salah satunya dalam Perang Badar yang berlangsung pada Maret 624.

Perang Badar adalah pertempuran pertama yang dijalani umat Islam sejak hijrahnya Nabi Muhammad pada 622.

Hamzah bersama Ali bin Abu Thalib menunjukkan keberaniannya yang luar biasa dalam membela Islam, sampai kaum Muslimin berhasil memenangkan pertempuran.

Setelah itu, Hamzah kembali terlibat dalam pertempuran, yakni dalam Perang Uhud, yang merupakan lanjutan dari Perang Badar antara kaum Muslim dengan kaum Quraisy.

Dalam pertempuran yang berlangsung pada 625 ini, kaum Quraisy membawa lebih dari 3.000 pasukan yang terdiri atas 200 pasukan berkuda, 700 pasukan unta, dan pasukan pejalan serta pemanah.

Sementara kaum Muslimin yang dipimpin oleh Nabi Muhammad membawa sekitar 1.000 pasukan gabungan dari umat Islam di Madinah.

Tokoh yang menjadi sasaran utama dalam pertempuran ini adalah Nabi Muhammad dan Hamzah bin Abdul Muthalib.

Rencananya, Hamzah akan ditangkap secara keji oleh seorang budak bernama Wahsyi bin Harb, yang dikirim kaum kafir Quraisy.

Wahsyi diberi tugas untuk menangkap Hamzah dan apabila berhasil, ia akan dibebaskan dari perbudakan.

Akhirnya kedua pasukan ini bertemu di dekat Jabal Uhud dan terjadilah pertempuran hebat.

Hamzah memimpin sebagian kaum Muslimin dan mulai menyerang dari arah kiri serta kanan.

Seluruh pasukan kaum Muslimin bergerak maju secara serentak, sampai akhirnya puncak kemenangan sudah hampir dicapai oleh kaum Muslimin.

Meskipun kemenangan dirasa sudah dekat, Nabi Muhammad meminta agar pasukan tetap berjaga di atas Bukit Uhud, tetapi perintah ini tidak dihiraukan.

Pasukan Islam justru sibuk memungut harta benda kaum Quraisy yang tertinggal.

Kondisi ini ternyata dimanfaatkan oleh kaum kafir Quraisy sebagai peluang untuk melancarkan serangan balik.

Ketika kaum kafir Quraisy melancarkan serangan balik, ia segera mengambil ancang-ancang kemudian melempar tombaknya dari arah belakang.

Tombak itu mengenai bagian pinggang bawah Hamzah sampai tembus ke bagian depan.

Hamzah masih berusaha bangkit dan berjalan ke arah Wahsyi, tetapi akhirnya meninggal dunia.

Hamzah bin Abdul Muthalib gugur dalam Perang Uhud sebagai syahid (orang yang tewas karena berperang di jalan Allah).

Menurut kisah, tubuh Hamzah sudah tidak lagi utuh saat ditemukan. Badannya sudah dirobek dan hatinya telah diambil, diduga oleh Wahsyi, sebagai wujud janjinya kepada kaum kafir Quraisy.

Nabi Muhammad sangat bersedih begitu melihat jasad Hamzah bin Abdul Muthalib dan segera menyalatkannya.

Tubuh Hamzah kemudian dibalut dengan kain kafan yang dibawakan oleh saudarinya, Shafiyah.

Referensi:

  • Humam, Abdul Wadud Kasyful. (2016). 40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karamah. Jakarta: Elex Media Komputindo.
  • Muhammad, As'ad. (2013). Manusia-manusia yang Dirindukan Surga. Yogyakarta: Media Pressindo.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/11/161227779/hamzah-bin-abdul-muthalib-paman-rasulullah-yang-dijuluki-singa-allah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke