Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Biografi Habib Sholeh Tanggul dan Karomahnya

Ia dipercaya sebagai keturunan ke-39 Rasulullah dari Hadramaut, Yaman, yang hijrah ke tanah Jawa pada sekitar 1920-an, dan menetap di Jember hingga akhir hayatnya.

Habib Sholeh Tanggul dikenal sebagai ulama yang dermawan dan memiliki banyak karomah, atau anugerah di luar akal dan kemampuan manusia yang biasanya terjadi pada seseorang wali.

Awal kehidupan

Habib Sholeh Tanggul lahir di Yaman pada 1895 dengan nama asli Sholeh bin Muhsin al-Hamid.

Ayahnya merupakan seorang ulama bernama Muhsin bin Ahmad al-Hamid, yang dijuluki oleh masyarakat sekitar sebagai al-Bakri al-Hamid.

Sementara ibunya bernama Aisyah, berasal dari keluar al-'Abud Ba 'Umar.

Sedari kecil, Habib Sholeh menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu agama.

Ia belajar tentang ilmu fikih dan tasawuf dari sang ayah. Selain itu, ia juga belajar Al Quran dari Syekh Said Ba Mudhij, ulama kenamaan Wadi 'Amd.

Hijrah ke Indonesia

Sewaktu berusia 26 tahun, atau pada 1921, Habib Sholeh memutuskan untuk hijrah ke Indonesia bersama Syekh Fadhli Sholeh Salim bin Ahmad al-Asykari.

Dalam perjalanannya, ia sempat singgah di Gujarat, India, lalu sampai di Jakarta dan tinggal selama beberapa waktu untuk mengunjungi para ulama.

Setelah itu, saudara sepupunya yang sudah lebih dulu hijrah ke Indonesia, yaitu Habib Muhsin bin Abdullah al-Hamid, meminta Habib Sholeh untuk berkunjung ke rumahnya di Lumajang.

Selama di Lumajang, Habib Sholeh menghabiskan waktunya untuk mempelajari bahasa dan budaya masyarakat setempat, khususnya bahasa Jawa.

Selama 12 tahun, Habib Sholeh berkeliling dari satu desa ke desa lainnya sebelum akhirnya memutuskan untuk tinggal di daerah Tanggul, Jember, Jawa Timur.

Belum diketahui secara pasti alasan kepindahannya ke Jember. Akan tetapi, keluarganya meyakini bahwa Habib Sholeh pindah ke sana atas petunjuk Allah SWT.

Di Jember, Habib Sholeh melaksanakan khalwat atau menyepi untuk beribadah selama lebih dari 3 tahun.

Habib Sholeh berhenti khalwat atas perintah Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Segaf, yang memintanya datang ke Gresik.

Sesampainya di Gresik, Habib Sholeh diberi mandat untuk segera menunaikan ibadah haji ke Mekkah.

Sepulangnya dari berhaji, Habib Sholeh mulai berdakwah dan mendirikan mushala di kediamannya.

Beberapa tahun kemudian, ia mendapat hadiah berupa sebidang tanah dari pengusaha setempat bernama Haji Abdur Rasyid.

Habib Sholeh membangun masjid di atas tanah tersebut yang dinamai Masjid Riyadus Shalihin, yang kemudian diwakafkan.

Karomah Habib Sholeh Tanggul

Habib Sholeh merupakan ulama dari kalangan alawiyyin atau keturunan Nabi Muhammad yang dianugerahi karomah oleh Allah SWT.

Bahkan karomahnya tidak terhitung. Salah satunya adalah, Habib Sholeh pernah menyingkirkan wabah mematikan di sebuah desa.

Konon, wabah tersebut hilang setelah orang-orang desa meminum air danau yang telah dicelupkan sebuah kertas yang berisi tulisan Habib.

Habib Sholeh Tanggul juga memiliki sumur keramat di Lumajang yang dipercaya dapat menyembuhkan segala penyakit.

Selain itu, ada pula riwayat yang menyatakan bahwa Habib Sholeh pernah bertemu dengan Nabi Khidir dalam wujud seorang pengemis.

Sejak itu, kediaman Habib Sholeh tidak pernah sepi dikunjungi oleh orang yang ingin bersilaturahmi dan meminta doa.

Bahkan banyak tokoh di Indonesia dan dari beberapa negara yang tercatat pernah mengunjunginya.

Habib Sholeh Tanggul wafat

Habib Sholeh Tanggul meninggal pada 8 Syawal 1396 H atau 1976 M, di usia 81 tahun.

Jasad Habib Sholeh Tanggul dimakamkan keesokan harinya di kompleks Masjid Riyadhus Sholihin Tanggul, Jember.

Referensi:

  • Shahab, Idrus F. (2019). Seri Buku Islam: Habib di Nusantara, Karnaval Habib Kota. Jakarta: Tempo Publishing.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/07/140000079/biografi-habib-sholeh-tanggul-dan-karomahnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke