Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Biografi Abu Bakar, Sahabat Rasulullah yang Paling Utama

Ia mendapat gelar Ash-Shidiq karena perannya menjadi orang pertama yang membenarkan ajaran Nabi Muhammad SAW.

Abu Bakar bukan hanya orang terdekat Rasulullah yang disebut sebagai sahabat paling utama, tetapi juga ayah mertua Nabi Muhammad SAW.

Ia diketahui berperan aktif dalam berbagai kegiatan umat Islam, mulai dari ikut berperang, berhijrah, berdakwah, dan mengislamkan orang.

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Abu Bakar yang menggantikannya sebagai khalifah untuk memimpin umat Islam.

Kehidupan awal

Nama asli dari Abu Bakar adalah Abdul Ka'bah. Ia merupakan keturunan keluarga kaya, Bani Taim dari suku Quraisy, yang lahir di Kota Mekkah pada sekitar tahun 573.

Ayahnya bernama Abu Quhafah Utsman, sedangkan ibunya bernama Salma binti Sakhar.

Sejak kecil, Abu Bakar sering menghabiskan waktunya dengan bermain bersama unta dan kambing, karena memang sangat menyukai kedua hewan tersebut.

Karena kesukaannya pada unta, ia mendapatkan julukan sebagai Abu Bakar, yang berarti bapak anak unta.

Ketika berumur sekitar 10 tahun, ia ikut sang ayah pergi ke Suriah untuk berdagang, yang telah menjadi tumpuan kehidupan ekonomi keluarganya.

Hal itulah yang kemudian membawa Abu Bakar dalam perjalanan bisnis hingga ke Yaman, Suriah, dan beberapa tempat lainnya.

Keberhasilannya dalam berbisnis, membuat Abu Bakar menjadi pedagang kaya dan naik status sosialnya. Ia kemudian ditunjuk sebagai kepala suku di golongannya.

Terlebih lagi, Abu Bakar merupakan orang yang terpelajar, mampu baca tulis, serta menyukai puisi. Suatu hal yang sangat langka di kalangan Quraisy saat itu.

Bahkan ia sering mengikuti festival tahunan di Ukaz dan ikut berpartisipasi dalam simposium puisi.

Karena memiliki tingkat kecerdasan yang luar biasa, Abu Bakar sangat paham tentang sejarah dan politik suku-suku Arab.

Memeluk Islam

Sebelum Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa ia adalah utusan Allah SWT, Abu Bakar sedang dalam perjalanan bisnis ke Yaman.

Saat dalam perjalanan, ia bertemu dengan seorang peramal yang memprediksi bahwa nabi yang ditunggu-tunggu telah datang.

Begitu Abu Bakar pulang dari Yaman, ia diberi tahu oleh teman-temannya bahwa Muhammad menyatakan dirinya sebagai utusan Allah.

Begitu mendengar ajakan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar langsung menerimanya dan memeluk Islam tanpa ada rasa ragu sedikit pun.

Hal itu karena Nabi Muhammad SAW terkenal akan kejujurannya, lurus hatinya, dan kejernihan pikirannya, sehingga Abu Bakar mempercayainya dengan sepenuh hati.

Abu Bakar pun termasuk dalam sepuluh orang pertama yang memeluk Islam setelah Nabi Muhammad SAW.

Setelah itu, Rasulullah memberi nama Abu Bakar, Abdullah, yang artinya hamba Allah.

Sedangkan gelar Abu Bakar adalah Ash-Shiddiq, yang artinya berkata benar, setelah ia membenarkan peristiwa Isra Mi'raj yang diceritakan Nabi kepada para pengikutnya.

Oleh karena itu, ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Kehidupan setelah masuk Islam

Setelah resmi menjadi Muslim, Abu Bakar turut serta dalam dakwah menyebarkan Islam dan berhasil mengislamkan Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqas, serta beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.

Selain itu, ia juga membujuk teman-teman dekatnya untuk masuk Islam. Namun, periode awal dakwah Nabi Muhammad SAW memang mengalami banyak tentangan.

Bahkan para budak yang telah memeluk Islam banyak yang disiksa. Mengetahui hal ini, Abu Bakar membebaskan para budak Muslim dengan menebusnya dan membiarkan mereka pergi.

Salah satu budak yang dibebaskan Abu Bakar adalah Bilal bin Rabah, yang kemudian menjadi muadzin pertama umat Islam.

Ketika penyiksaan semakin masif dilakukan oleh para pemuka Quraisy terhadap para pemeluk Islam, Nabi Muhammad SAW menyerukan pengikutnya untuk hijrah ke Yastrib atau Madinah.

Nabi Muhammad SAW pun berangkat hijrah ditemani oleh Abu Bakar pada tahun 622. Begitu sampai di Madinah, Rasulullah langsung memerintahkan untuk mendirikan sebuah masjid.

Abu Bakar kemudian membayar sebidang tanah untuk mendirikan masjid, yang kemudian dinamakan Masjid Nabawi.

Di Madinah, Abu Bakar menjabat sebagai kepala penasihat Nabi Muhammad SAW. Hubungan itu semakin erat setelah Nabi menikah dengan putrinya yang bernama Aisyah.

Setelah itu, Abu Bakar tercatat berperan dalam berbagai pertempuran dengan kaum Quraisy, seperti Perang Badar (624), Perang Khandaq (627), dan Perang Uhud (625).

Khulafaur Rasyidin Pertama

Ketika Nabi Muhammad SAW mulai sakit, Abu Bakar sering menggantikan perannya sebagai imam salat.

Pada 632, Nabi Muhammad SAW wafat dan Abu Bakar menjadi orang yang paling tabah menerima kepergiannya.

Ia bahkan harus menenangkan Umar bin Khattab yang tidak percaya Nabi telah wafat.

Setelah itu, diadakan musyawarah untuk mencari pemimpin pengganti Nabi Muhammad SAW, di mana Abu Bakar terpilih sebagai khalifah atau dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin pertama.

Tidak lama setelah Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah, muncul kelompok-kelompok pemberontak yang ingin melepaskan diri pemerintahan Islam yang baru saja berdiri.

Khalifah Abu Bakar sendiri yang kemudian memimpin pasukan untuk menumpas pemberontakan oleh kaum Abs dan Dzubyan di luar Kota Madinah.

Semasa pemerintahan Abu Bakar, kekhalifahan Islam mampu menaklukkan Persia dan Syam.

Di Persia, pasukan Islam dipimpin oleh Khalid bin Walid, yang dibantu oleh Iyadh ibnu Ghanam.

Setelah itu, diutus pasukan untuk menaklukan Negeri Syam yang saat itu menjadi pusat Kekaisaran Romawi.

Pertempuran untuk menaklukkan Syam begitu alot hingga puncaknya pada pertempuran Yarmuk, yang berlangsung selama berminggu-minggu.

Pada akhirnya Syam berhasil ditaklukan oleh pasukan Islam di bawah pimpinan Khalid bin Walid.

Pembukuan Alquran

Pada 632, Abu Bakar terlibat dalam pertempuran melawan pemberontak dan Nabi Palsu, atau dikenal sebagai Perang Yamamah.

Di akhir pertempuran, banyak penghafal Alquran yang gugur, hingga membuat Umar bin Khattab resah.

Pasalnya, pada masa itu, Alquran masih menyebar di kalangan sahabat, di mana sebagian dari mereka hanya menghafal dan tidak mencatatnya.

Melihat itu, Umar meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan (kodifikasi) Alquran dalam satu mushaf.

Tulisan Alquran kemudian dikumpulkan dari para penghafal dan media tulis seperti tulang dan kulit untuk disimpan oleh Abu Bakar.

Dengan demikian, Abu Bakar juga memiliki peran dalam pelestarian teks-teks tertulis Alquran.

Wafat

Pada Agustus 634, Abu Bakar mengalami demam tinggi dan harus terbaring di tempat tidur.

Ketika kondisinya memburuk dan merasa bahwa ajalnya sudah dekat, ia memanggil Ali dan memintanya untuk memandikan jenazahnya seperti saat memandikan jenazah Nabi Muhammad SAW.

Sebelum meninggal, Abu Bakar mewasiatkan bahwa Umar ditunjuk sebagai khalifah kedua yang menggantikannya.

Akhirnya pada 23 Agustus 634, Abu Bakar meninggal karena sakit dan dimakamkan di samping makam Nabi Muhammad SAW.

Referensi:

  • Ash-Shalabi, Ali Muhammad. 2002. Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
  • Haikal, Muhammad Husain. 2007. Biografi Abu Bakar ash-Shiddiq: Khalifah Pertama yang Menentukan Arah Perjalanan Umat Islam Sepeninggal Rasulullah. Jakarta: Qisthi Press.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/29/100000579/biografi-abu-bakar-sahabat-rasulullah-yang-paling-utama

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke