Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hanacaraka: Asal-usul, Makna, dan Jenisnya

Meski umum disebut sebagai aksara Jawa, Hanacaraka sebenarnya juga digunakan untuk merujuk pada aksara Bali yang masih serumpun.

Baik aksara Jawa dan Bali, sama-sama disebut Hanacaraka karena lima aksara pertamanya berbunyi ha na ca ra ka.

Akan tetapi, dua aksara tersebut memiliki perbedaan pada jumlah huruf dan bentuk tulisannya.

Asal-usul Hanacaraka

Legenda mengatakan bahwa aksara Hanacaraka diciptakan oleh Aji Saka, penguasa Kerajaan Medang Kamulan, yang mempunyai dua abdi setia bernama Dora dan Sembada.

Suatu ketika, Aji Saka mengutus Dora untuk menemui Sembada dan membawakan pusakanya. Dara kemudian mendatangi Sembada dan menyampaikan tentang perintah tuannya.

Namun, Sembada menolak karena sesuai perintah Aji Saka sebelumnya, tidak ada yang diperbolehkan untuk membawa pusaka itu selain Aji Saka sendiri.

Alhasil, dua abdi Aji Saka saling mencurigai bahwa masing-masing bermaksud untuk mencuri pusaka itu.

Sembada dan Dora pun bertarung hingga keduanya meninggal. Ketika Aji Saka menyusul, ia menemukan dua abdinya telah meninggal akibat kesalahpahaman.

Di depan jasad dua abdinya itu, Aji Saka membuat puisi yang kemudian dikenal sebagai Hanacaraka atau aksara Jawa.

Kendati demikian, terdapat beberapa versi cerita tentang asal-usul Hanacaraka dari berbagai daerah.

Begitu pula dengan tafsiran mengenai makna filosofis yang terkandung dalam urutan aksara Hanacaraka.

Makna filosofis Hanacaraka

Urutan aksara Hanacaraka membentuk puisi atau pangram empat bait yang menceritakan tentang pertarungan dua abdi Aji Saka hingga gugur.

Isi puisi tersebut diceritakan sebagai berikut.

Hanacaraka, artinya terdapat dua utusan
Datasawala, artinya mereka berbeda pendapat
Padhajayanya, artinya mereka berdua sama kuatnya
Magabathanga, artinya inilah mayat mereka

Isi puisi Hanacaraka memiliki makna bahwa para utusan atau manusia wajib menaati tuannya, yakni Tuhan, yang menciptakan mereka.

Manusia juga harus rela melaksanakan, menerima, dan melaksanakan kehendak Tuhan.

Perbandingan Hanacaraka Jawa dan Bali

Sebagaimana semua aksara Nusantara, Hanacaraka adalah turunan aksara Brahmi yang berasal dari India.

Aksara ini merupakan hasil modifikasi dari aksara Jawa Kuno (Kawi), sementara aksara Kawi secara langsung berasal dari aksara Pallawa.

Aksara Hanacaraka digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, Madura, Sunda, Bali, dan Sasak dengan ragam penulisan tertentu.

Penulisan Hanacaraka dimulai dari kiri ke kanan menggunakan sistem abugida, di mana setiap aksaranya berisi suatu suku kata dengan vokal "a".

Pada bentuknya yang asli, aksara ini ditulis menggantung (di bawah garis) dan tanpa spasi.

Aksara Jawa

Hanacaraka Jawa terdiri dari 20 huruf dasar, yang membentuk sebuah puisi atau pangram empat bait, di antaranya:

ha na ca ra ka
da ta sa wa la
pa dha ja ya nya
ma ga ba tha nga

Selain itu, dalam aksara Jawa juga terdapat 20 huruf pasangan yang berfungsi menutup bunyi vokal, 8 huruf utama (aksara murda, ada yang tidak berpasangan), 8 pasangan huruf utama, dan 5 aksara swara (huruf vokal depan).

Ada pula 5 aksara rekan (untuk menulis kata-kata asing), beberapa sandangan sebagai pengatur vokal, beberapa tanda baca dan beberapa huruf khusus.

Pangram Hanacaraka sendiri muncul pada era berkembangnya Islam di Jawa. Bentuk pangram ini berguna untuk memudahkan mengingat 20 huruf dasarnya.

Pada zaman dulu, aksara Jawa digunakan untuk menulis cerita (serat), primbon, tembang (kakawin), dan sejarah (babad) dengan media tulis daun lontar hingga kertas-kertas berilustrasi.

Aksara Bali

Aksara Bali mirip dengan aksara Jawa, perbedaannya terletak pada jumlah dan lekukan bentuk hurufnya.

Secara keseluruhan, aksara Bali berjumlah 47 karakter, 14 di antaranya huruf vokal, sementara 33 lainnya huruf konsonan (aksara wianjana).

Namun, yang lazim digunakan adalah 18 huruf saja, di antaranya:

ha na ca ra ka
da ta sa wa la
pa ja ya nya
ma ga ba nga

Hanacaraka Bali sangat mirip dengan aksara Jawa, hanya minus aksara dha dan tha saja. Cikal bakal aksara Bali datang bersama pengaruh otoritas kerajaan-kerajaan Jawa ke Pulau Bali pada zaman dulu.

Aksara Bali masih digunakan dalam literatur Sanskerta dan Kawi dalam peribadatan umat Hindu Bali, di mana seluruh set aksaranya digunakan.

Referensi:

  • Maulana, Ridwan. (2020). Aksara-aksara di Nusantara. Yogyakarta: Samudra Biru.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/01/130000379/hanacaraka--asal-usul-makna-dan-jenisnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke