Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilas Balik Piala Dunia 1978: Argentina Juara di Tengah Kontroversi

Kompas.com - 06/10/2022, 18:20 WIB
Ervan Yudhi Tri Atmoko

Penulis

Sumber FIFA

KOMPAS.com - Piala Dunia 1978 menjadi milik tuan rumah Argentina. Namun, di balik keberhasilan Albiceleste juara di rumah sendiri, ada berbagai kontroversi yang mengiringi turnamen tersebut.

Turnamen edisi ke-11 dari Piala Dunia FIFA digelar di Argentina pada musi panas 1978, dari 1 hingga 25 Juni.

Sama seperti edisi sebelumnya di Jerman, Piala Dunia 1978 diikuti oleh 16 tim peserta dengan dibagi menjadi dua babak grup.

Ke-16 tim peserta Piala Dunia 1978 adalah Argentina selaku tuan rumah, Brasil, Peru, Meksiko, Iran, Tunisia, Austria, Perancis, Hongaria, Italia, Belanda, Polandia, Skotlandia, Spanyol, Swedia, dan Jerman.

Adapun pembagian fase grup pertama Piala Dunia 1978 adalah sebagai berikut.

  • Grup 1: Italia, Argentina, Perancis, Hongaria
  • Grup 2: Polandia, Jerman, Tunisia, Meksiko
  • Grup 3: Austria, Brasil, Spanyol, Swedia
  • Grup 4: Peru, Belanda, Skotlandia, Iran

Baca juga: Kilas Balik Piala Dunia 1974: Beckenbauer Vs Cruyff di Final, Jerman Juara

Kontroversi Sebelum Turnamen

Penyelenggaraan Piala Dunia 1978 di Argentina berada di bawah bayang-bayang kepemimpinan diktator Jorge Rafael Videla.

Di bawah kekuasaan Videla, rakyat Argentina dihantui rasa takut.

Menurut laporan BBC pada 2013, dilansir dari Goal International, kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) memperkirakan ada 30.000 orang "dihilangkan" selama periode 1976-1983.

Sebagian besar dari mereka yang menghilang adalah serikat pekerja, aktivis mahasiswa, jurnalis kritis dan seniman serta individu yang aktif di gereja atau kampanye anti-kemiskinan.

Piala Dunia 1978 pun dilaksanakan di tengah-tengah kediktatoran militer berdarah yang sering disebut sebagai Perang Kotor.

Di lain sisi, Jorge Videla ingin menggunakan Piala Dunia 1978 sebagai momentum untuk mengubah citranya menjadi lebih baik.

Sang diktator ingin Piala Dunia di negaranya itu berjalan sesukses mungkin. Bahkan, kalau perlu, Argentina harus menjadi juara.

Sebagai pesan bahwa Argentina telah dirundung duka akibat kediktatoran Jorge Videla, kelompok oposisi lantas mengecat tiap gawang stadion dengan lingkaran hitam di bagian bawah.

Baca juga: 45 Hari Jelang Piala Dunia 2022: Kisah Fenomenal Paolo Rossi yang Diawali Skandal

Gelar Perdana Argentina

Di tengah kontroversi dan cerita kelam yang menyertai penyelenggaraan Piala Dunia 1978, Argentina meraih kejayaan di rumah sendiri.

Sempat kalah dari Italia pada laga pamungkas fase grup, Argentina yang kala itu dilatih oleh Cesar Luis Menotti tetap lolos babak kedua sebagai runner-up Grup 1.

Pada fase grup kedua, Argentina bertemu lawan kuat yakni Brasil serta Polandia dan Peru.

Albiceleste yang bertumpu pada pemain-pemain top macam Osvaldo Ardilles, Daniel Pasarella, dan Mario Kempes sukses mengemas dua kemenangan dan sekali imbang pada fase grup kedua.

Satu-satunya hasil imbang tersebut didapatkan ketika bersua Brasil.

Baca juga: Paris dan Marseille Resmi Boikot Siaran Piala Dunia 2022

Argentina yang tampil sebagai juara Grup B pun bersua juara Grup A, Belanda, yang kali ini tak diperkuat Johan Cruyff.

Laga puncak Piala Dunia 1978 digelar di Stadion Monumental, Buenos Aires, dengan disaksikan lebih dari 70.000 penonton.

Argentina lebih dulu unggul melalui gol Mario Kempes, tetapi Belanda bisa membalas lewat aksi Dirk Nanninga delapan menit sebelum waktu normal selesai.

Skor imbang 1-1 pada waktu normal membuat laga dilanjutkan ke babak extra time.

Argentina bisa menambah dua gol, masing-masing melalui Mario Kempes dan Daniel Bertoni.

Argentina menang 3-1 atas Belanda dan menjadi juara Piala Dunia 1978. Ini merupakan gelar pertama Albiceleste dalam sejarah turnamen sepak bola terbesar di dunia tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali United Vs Persib: Hodak Ogah Lihat Masa Lalu, Ujian Angin Kencang

Bali United Vs Persib: Hodak Ogah Lihat Masa Lalu, Ujian Angin Kencang

Liga Indonesia
Patrick Cutrone Bawa Como Promosi, Kelahiran Kembali Titisan Inzaghi

Patrick Cutrone Bawa Como Promosi, Kelahiran Kembali Titisan Inzaghi

Liga Italia
Indra Sjafri Buka Kans Pemain Keturunan Perkuat Timnas U20 Indonesia

Indra Sjafri Buka Kans Pemain Keturunan Perkuat Timnas U20 Indonesia

Timnas Indonesia
Madura United Vs Borneo FC: Sape Kerrab Ogah Terbuai Memori Indah

Madura United Vs Borneo FC: Sape Kerrab Ogah Terbuai Memori Indah

Liga Indonesia
Skenario Man City dan Arsenal Juara Liga Inggris, Selisih Gol Bisa Menentukan

Skenario Man City dan Arsenal Juara Liga Inggris, Selisih Gol Bisa Menentukan

Liga Inggris
Bali United Vs Persib: Optimisme Hodak di Tengah Bayangan Rekor Buruk

Bali United Vs Persib: Optimisme Hodak di Tengah Bayangan Rekor Buruk

Liga Indonesia
Demi Juara Liga Inggris, Pemain Arsenal Rela Jadi Suporter Tottenham

Demi Juara Liga Inggris, Pemain Arsenal Rela Jadi Suporter Tottenham

Liga Inggris
Tekad Satoru Mochizuki Tingkatkan Performa Timnas U17 Putri Indonesia

Tekad Satoru Mochizuki Tingkatkan Performa Timnas U17 Putri Indonesia

Timnas Indonesia
Arsenal Cetak Sejarah, Lampaui Rekor 'The Invincibles' Pimpinan Wenger

Arsenal Cetak Sejarah, Lampaui Rekor "The Invincibles" Pimpinan Wenger

Liga Inggris
Bologna ke Liga Champions, Sejarah Motta, Fondasi Mihajlovic

Bologna ke Liga Champions, Sejarah Motta, Fondasi Mihajlovic

Liga Italia
Timnas Indonesia Pantang Remehkan Filipina, Pemain U23 Jangan Kecil Hati

Timnas Indonesia Pantang Remehkan Filipina, Pemain U23 Jangan Kecil Hati

Timnas Indonesia
Klasemen Proliga 2024, Jakarta STIN BIN No 1 Putra, Popsivo Polwan Belum Terkalahkan

Klasemen Proliga 2024, Jakarta STIN BIN No 1 Putra, Popsivo Polwan Belum Terkalahkan

Sports
Piala Asia U17 Putri 2024 Bukan Titik Akhir, Garuda Pertiwi Mau Terus Belajar

Piala Asia U17 Putri 2024 Bukan Titik Akhir, Garuda Pertiwi Mau Terus Belajar

Timnas Indonesia
Persib Vs Bali United, Kisah Marcos Flores dan Kutukan Maung Bandung

Persib Vs Bali United, Kisah Marcos Flores dan Kutukan Maung Bandung

Liga Indonesia
Mantan Pemain Real Madrid Latih PSBS Biak Musim Depan

Mantan Pemain Real Madrid Latih PSBS Biak Musim Depan

Liga Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com