KOMPAS.com - Temuan Komnas HAM menyebutkan suporter Arema, Aremania, turun ke lapangan tidak untuk melakukan kerusuhan.
Aremania turun ke lapangan Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 malam untuk menyapa pemain seusai laga Arema vs Persebaya.
Arema FC kalah 2-3 saat itu, beberapa Aremania lantas turun dengan tujuan menyampaikan kritik dan semangat untuk pemain tim kebanggaan mereka.
Komisioner Bidang Penyelidikan dan Pemantauan Komnas HAM, Choirul Anam, telah melakukan penyelidikan Tragedi Kanjuruhan, sejak Senin (3/10/2022).
Baca juga: Ditemani Aremania, Persebaya dan Bonek Kirim Doa di Depan Gate 13 Stadion Kanjuruhan
Dalam hasil temuannya ke lapangan, dua orang suporter turun dari tribune di bawah papan skor seusai pertandingan.
Aksi ini kemudian diikuti oleh suporter lain dari tribune yang berbeda dan ditengarai menjadi alasan bagi aparat keamanan meningkatkan tahapan penanganan.
Namun, Choirul Anam mengatakan situasi tidak langsung ricuh saat suporter mulai masuk ke lapangan.
“Kalau ada yang bilang eskalasi penanganan itu timbul karena suporter merangsek masuk ke dalam lapangan, sampai sore (5/10) ini, kami mendapat informasi bahwa tidak begitu kejadiannya," kata Choirul Anam kepada Kompas.com.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan: Kapolres Malang Dicopot, 31 Polisi Diperiksa
"Jadi, ada constraint (batasan) waktu antara 15 sampai 20 menit pasca-wasit meniup peluit panjang, itu suasana masih terkendali, walaupun banyak suporter yang masuk ke lapangan," kata pria berusia 45 tahun.
"Kalau ada yang bilang mereka mau menyerang pemain, kami sudah ketemu dengan para pemain dan para pemain ini bilang tidak ada kekerasan terhadap mereka."
"Para pemain tidak mendapat ancaman dan caci maki, mereka cuma bilang bahwa suporter memberikan semangat kepada para pemain. Ini pemain yang ngomong begitu ke kami," imbuhnya.
Temuan awal tersebut kemudian membuat Choirul Anam bertanya-tanya soal penggunaan gas air mata ke suporter, bahkan ke tribune.
Baca juga: Instruksi Lengkap Presiden Jokowi Usai Peristiwa Tragedi Kanjuruhan
Sebab, kondisi masih terkendali kendati tak sedikit suporter yang turun ke lapangan.
“Pertanyaannya sekarang, kalau dalam 15 sampai 20 menit itu situasinya masih kondusif, apakah diperlukan gas air mata yang membuat semua penonton panik," tanya dia.
Choirul Anam juga menyebutkan kebanyakan korban yang meninggal dunia karena kehabisan oksigen.