"Saya senang mencetak gol kemenangan Uruguay."
"Tapi, ketika melihat ke tribun dan mendapati orang-orang Brazil menangis tidak terkontrol, saya tidak bisa tidak merasa sedih," terang Ghiggia.
Baca juga: 93 Hari Jelang Piala Dunia 2022: Kisah Seragam Serba Hitam Italia di Piala Dunia 1938
Kekalahan di kandang sendiri pada saat momen krusial membuat masyarakat Brasil trauma.
Masih dikutip BBC, setelah pertandingan, banyak bar dan restoran di Rio de Janeiro yang tutup selama sisa hari.
Tak hanya itu, koran-koran di Brasil mulai mengubah tajuk pemberitaannya.
Bahkan surat kabar O Mundo memberitakan kejadian itu dalam judul "Drama, Tragedi, dan Lelucon". Pertandingan final ini, kini dikenal dengan nama Maracanazo.
Meski telah berlalu, kenangan akan kekalahan itu tetap menghantui pecinta sepak bola Brasil, bahkan hingga beberapa dekade berikutnya.
Baca juga: Piala Dunia 2022: Nomor 9 Brasil dan Misi Pembalasan Gabriel Jesus
Legenda Brasil, Pele, merasakan sakitnya kehilangan trofi Piala Dunia 1950 di depan mata tersebut.
Saat itu, dia masih berusia sembilan tahun dan melihat ayahnya menangis dengan tragedi Maracana.
Untuk menghibur ayahnya, dia bersumpah serapah mengabdikan raganya untuk sepak bola Brasil.
"Jangan menangis, ayah. Saya akan memenangkannya, Piala Dunia, untukmu," kata pria yang bernama lengkap Edson Arantes Do Nascimento itu dikutip laman resmi FIFA.
Baca juga: Desakan untuk FIFA Jelang Piala Dunia Qatar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.