KOMPAS.com - Saat usia Suryo Nugroho 11 tahun, nasib nahas menimpanya. Kecelakaan motor yang dialaminya pada tahun 2006 mengubah jalan hidupnya.
Tangan kiri Suryo harus diamputasi untuk melanjutkan hidup. Otomatis, karier sebagai pebulu tangkis profesional Suryo Nugroho di usia belia seakan menghindar dari hidupnya.
Dia yang pernah menimba ilmu bulu tangkis di Hi-Qua Wima Surabaya harus merelakan cita-citanya. Suryo kecil tak lagi bermain bulu tangkis.
Hingga pada tahun 2009, Tuhan yang Maha Baik memberikan jalan baru untuk pria kelahiran 17 April 1995 itu.
Baca juga: Karya Siswa SLB Jadi Merchandise Resmi ASEAN Para Games 2022: Jangan Ragu, Terus Maju!
Jalan itu tak lain adalah National Paralympic Committee (NPC) Indonesia. Suryo kembali merajut mimpinya sebagai pebulu tangkis profesional bersaing dengan lawan-lawannya yang senasib.
Dia masuk ke dalam kelas Standing Upper 5 (SU5) yakni kelas para bulu tangkis untuk atlet yang tak normal di bagian salah tangannya.
"Saya dulunya normal. Sejak 7 tahun latihan di PB Hi-Qua Wima Surabaya. Namun, pada tahun 2006 sempat kecelakaan dan vakum (dari bulu tangkis) selama tiga tahun," kata Suryo kepada Kompas.com.
"Setelah itu kembali ke olahraga karena dengar ada kabar khusus disabilitas. Jadi saya merasa ada wadah khusus seperti saya dan teman-teman lainnya."
Baca juga: Cerita Ahsan Minder Dipasangkan dengan Hendra Setiawan
Suryo merasa bersyukur memiliki orang tua yang terus mendukung dengan segala kondisinya.
Ayahnya yang juga penggemar bulu tangkis tak henti-hentinya memotivasi Suryo yang "cuek" tiga tahun dari dunia bulu tangkis.
Tak ayal, saat berprestasi dia selalu mengingat peran sang ayah.
"Ayah saya dari kecil sudah mendorong saya olahraga bulu tangkis. Beliau juga atlet bulu tangkis, tapi enggak sampai pemain nasional," kata dia.
Selain sang ayah, sosok lain yang menjadi inspirasinya adalah Taufik Hidayat.
Baca juga: Setiawan: Ditabrak Truk Tronton, Pincang Permanen, dan 2 Emas ASEAN Para Games 2022
Menurutnya, Taufik adalah pebulu tangkis tunggal Indonesia yang memiliki prestasi paling komplet.
Pelatih para badminton Indonesia, Nur Rohman, mengatakan Suryo Nugroho saat ini bertengger di posisi peringkat dua dunia BWF untuk kelas SU5.
Suryo mengalahkan rekan senegaranya, Dheva Anrimusthi yang sejatinya meraih medali perak Paralimpiade Tokyo 2020. Adapun Suryo hanya perunggu.
Sementara peringkat pertama dunia dipegang atlet asal Malaysia, Cheah Liek Hou, yang dulu menyabet medali emas Paralimpiade Tokyo 2020.
Baca juga: Kesan Atlet Thailand Main di ASEAN Para Games 2022: Ramah dan Murah Senyum...
"Kalau Malaysia (Cheah) memang peringkat pertama, yang kedua malah Suryo Nugroho. Karena Suryo ikut beberapa event BWF, sementara Dheva off," kata Nur Rohman kepada Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.