MEDAN, KOMPAS.com - Pelari tertua pada perhelatan Run To Care 2022, Ngatiman, punya cara untuk berlatih berlari jarak ultramarathon semisal 150 kilometer.
Pada perhelatan Run To Care 2022 rute Parapat-Berastagi-Medan, Ngatiman memang memilih kategori berlari paling tinggi.
"Saya selalu di kategori 150 kilometer," tutur pria kelahiran April 1954 ini pada Minggu (31/7/2022) pagi di kompleks SOS Children's Villages Indonesia di kawasan Jalan Seroja Raya, Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara.
SOS Children's Villages Indonesia adalah penyelenggara Run To Care.
Hingga penyelenggaraan 2022 ini, Run To Care sudah tujuh kali terselenggara.
Baca juga: Run To Care 2022, Pesan Pelari Tertua untuk Generasi Muda
Ngatiman melanjutkan, dari tujuh kali Run To Care, dirinya sudah mengikuti empat kali kegiatan.
Rinciannya, Ngatiman mengikuti Run To Care 2018 rute Yogyakarta-Semarang, Run To Care 2019 Bali rute Denpasar-Singaraja-Tabanan, Run To Care 2021 Bali (Kem)Bali, dan Run To Care 2022 Medan rute Parapat-Berastagi-Medan.
"Saya senang olahraga lari ini," tutur suami dari Theresia Ning Widowati ini.
Ngatiman bercerita bahwa untuk sampai pada kemampuan melahap jarak 150 kilometer, memang dibutuhkan tahapan panjang.
Dirinya mengaku kali pertama mengikuti lomba olahraga berlari tatkala duduk di kelas sekolah menengah pertama (SMP) pada 1966.
Waktu itu, Ngatiman muda mengikuti lomba berlari jarak lima kilometer.
"Saya berlari tanpa alas kaki," tutur bapak empat orang anak ini.
Jatuh cinta pada olahraga berlari memang membuat dirinya rutin berlatih.
"Untuk bisa berlari 150 kilometer, tahapan berlatihnya ya seperti menaiki tangga," ujar pemakai nomor 1005 pada Run To Care 2022.
Selain kehendak yang kuat untuk fokus berlatih, Ngatiman juga mendapat dukungan dari tempatnya bekerja.