Ketika Asnawi bergerak ke tengah untuk ikut membangun serangan, posisi kanan yang kosong di-cover oleh Fachruddin Aryanto yang melebar, juga Irfan Jaya atau Ramai Rumakiek (winger) yang sedikit turun.
Itulah yang membuat inverted full-back berbeda dengan full-back normal yang lebih sering melebar guna menambah opsi serangan.
Baca juga: Sepak Terjang Timnas Putri Indonesia, Butuh Kompetisi agar Tak Jadi Anak Tiri
Inverted full-back sejatinya sudah lama berkembang di dunia sepak bola. Pep Guardiola dianggap sebagai sosok di balik kemunculan taktik ini.
Guardiola yang kini melatih Manchester City memulai skema inverted full-back ketika membesut Bayern Muenchen.
Di Bayern Muenchen, Guardiola menyulap Philipp Lahm dan David Alaba menjadi lebih dari sekadar full-back biasa.
Dengan banyak bergerak ke tengah sebagai inverted full-back, Lahm dan Alaba menjadi lebih aktif terlibat dalam build-up yang dilakukan timnya.
Taktik Guardiola itu pun membuat Lahm dan Alaba berperan layaknya gelandang bertahan, meski posisi aslinya adalah full-back.
Kini, di Manchester City, Pep Guardiola juga memiliki inverted full-back yang sangat ia andalkan yaitu Joao Cancelo.
Mengingat tugas yang dijalankan cukup banyak, inverted full-back tidak bisa diisi oleh sembarang pemain. Seorang full-back klasik pun belum tentu bisa menjalankan peran inverted full-back.
Seorang inverted full-back harus memiliki kemampuan bertahan, mengumpan, dan menyerang yang baik. Selain itu, inverted full-back juga dituntut bisa melakukan pressing yang efektif terhadap pemain lawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.