KOMPAS.com - Borobudur Marathon 2021 menggelar tiga rangkaian ajang lari, yakni elite race, Bank Jateng Tilik Candi, dan BMVC (Borobudur Marathon Virtual Challenge).
Elite race diperuntukkan bagi pelari profesional alias atlet. Dua rangkaian lainya digelar untuk umum.
Perbedaannya, Bank Jateng Tilik Candi digelar di tempat yang sama dengan elite race, yakni Komplek Taman Lumbini, Candi Borobudur, Magelang.
Sementara BMVC bisa dilakukan di tempat terdekat dari pelari dan menggunakan aplikasi tertentu.
Baca juga: Borobudur Marathon 2021: Siap-siap Melawan Batasan Waktu
Hanya saja, Bank Jateng Tilik Candi digelar dengan kuota terbatas, yakni 128 pelari saja.
Meski begitu, adanya offline race lewat Tilik Candi bisa menjadi tonggak awal bangkitnya ajang lari untuk umum di tengah pandemi sekaligus di bawah arahan langsung pemerintah Jawa Tengah.
Bersamaan dengan kesempatan yang terbatas tersebut, tentu persiapan bagi pelari yang bisa berpartisipasi di Borobudur Marathon 2021 harus matang.
Khususnya bagi 128 pelari yang terpilih dalam Bank Jateng Tilik Candi.
Di sisi lain, pihak Borobudur Marathon juga tak ingin kendor soal protokol kesehatan.
Baca juga: Borobudur Marathon 2021: Tips Menyeimbangkan Cairan Tubuh Pelari
"Kunci jago larinya ya itu tadi, kita harus menjaga protokol kesehatan. Percuma mencapai PB (personal best), tetapi tidak menjaga prokes," kata Medical Director Borobudur Marathon, Dok. Andi Kurniawan.
Borobudur Marathon 2021 tetap menjaga prinsip protokol kesehatan kendati pandemi di Indonesia menunjukkan penurunan.
"Peserta Tilik Candi nantinya akan masuk ke dalam bubble, mereka tidak boleh masuk atau keluar maupun berinteraksi dengan orang luar," jelasnya.
"Kami punya tujuan, seminimal mungkin case (kasus) muncul. Jika ada case, sebisa mungkin kami mampu me-manage dengan baik," terang Andi.
Baca juga: Borobudur Marathon 2021 di Magelang Dipastikan Terapkan Prokes Ketat, Kesehatan Pelari Dicek Rutin
Pada hari H nantinya, Andi Kurniawan akan menyiapkan segala antisipasi risiko-risiko buruk.
"Pelayanan medis kami selalu menyediakan dengan fasilitas standar internasional, mulai dari pos kesehatannya, dokter, ambulans, hingga AED (Automated External Defibrillator)," kata Andi Kurniawan.
Kegunaan AED adalah untuk menganalisa irama jantung secara otomatis dan memberikan kejutan listrik guna mengembalikan irama jantung.
Peralatan tersebut digunakan sebagai penyelamatan dasar pasien sebelum dibawa ke rumah sakit.
"AED dipersiapkan meskipun risiko terkena serangan jantung mungkin nggak ada, tetapi kami memilih sedia payung sebelum hujan. Mendingan lebay dibanding abai," ujar Andi menegaskan.
Baca juga: Borobudur Marathon 2021: Ganjar Optimistis Bisa Digelar secara Umum
Selain soal prokes, persiapan menjelang lari dengan latihan yang tepat juga perlu diperhatikan.
Terlebih, pandemi yang menyerang selama 2 tahun terakhir membuat pelari jarang keluar rumah dan latihannya berkurang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.