KOMPAS.com - Pelari gunung Indonesia, Fandhi Achmad, menceritakan pengalamannya mengikuti ajang lari Ultra-Trail du Mont-Blanc (UTMB) 2021.
Rangkaian UTMB 2021 berlangsung mulai Senin (23/8/2021) hingga Minggu (29/8/2021) di Chamonix, Perancis.
Event lari gunung terbesar di dunia tersebut mempertandingkan tujuh kategori, yaitu Ultra-Trail du Mont-Blanc (UTMB), Patite Trotte a Leon (PTL), Courmayeur-Champex-Chamonix (CCC), Traces des Dusc de Savoie (TDS), De Martigny-Combe a Chamonix (MMC), Youth Chamonix Courmayeur (YCC), dan Orisieres-Champex-Chamonic (OCC).
Melansir laman resmi UTMB, Fandhi Achmad dan tiga pelari Indonesia lainnya, yaitu Arief Wismoyono, Rachmat Septiyanto, dan Dendi Dwitiandi berhasil finis di kategori paling bergengsi, yaitu Ultra-Trail du Mont-Blanc (UTMB).
Baca juga: Pelari Indonesia Berhasil Finis di Ajang Lari Trail UTMB Perancis 2021
Kategori UTMB ini diikuti oleh 2.347 pelari yang bersaing untuk menyelesaikan jarak 171 km dengan batas waktu (cut-off time) 46 jam 30 menit.
Fandhi Achmad finis di peringkat ke-490 dengan catatan waktu 38 jam 32 menit 18 detik.
Ini merupakan kali ketiga Fandhi mengikuti ajang UTMB setelah tahun 2015 (kategori UTMB) dan 2017 (kategori PTL).
Bagi Fandhi, mengikuti UTMB menjadi suatu kebanggan sebab event ini merupakan yang termegah bagi para pelari gunung.
Fandhi bahkan menganalogikan UTMB seperti Olimpiade dan "naik hajinya" para pelari trail.
"UTMB ini bisa dibilang seperti Olimpiade kalau untuk pelari gunung. Jadi, pelari-pelari gunung seluruh dunia akan berkumpul di sini. Kami juga menyebutnya seperti 'naik hajinya' pelari trail," ucap Fandhi Achmad saat dihubungi Kompas.com.
Seperti halnya Olimpiade, para pelari pun harus mengikuti kualifikasi dan mengumpulkan poin untuk bisa tampil di UTMB.
Fandhi mengatakan, syarat minimal untuk bisa lolos ke UTMB adalah mengikuti event lari gunung dengan jarak 100 km.
Dalam perjalanannya, Fandhi mengikuti 4 lomba lari di Indonesia yang termasuk dalam kualifikasi UTMB, yaitu Rinjani 100, Gede Pangrango 100, BTS (Bromo Tengger Semeru) 100 Ultra, dan MesaStila 100.
"Untuk lolos UTMB ada kualifikasinya. Sistemnya berubah-ubah, terakhir minimal kami harus mengikuti lomba dengan jarak 100 km di gunung," kata Fandhi.
Baca juga: 4 Pelari Putri Ternama Unjuk Kebolehan di New York City Marathon
"Kami mengikuti lomba-lomba yang terafiliasi ke UTMB karena tidak semua masuk kualifikasi. Kalau sudah dapat poin bisa digunakan untuk undian. Jadi, meski memiliki poin kami tidak otomatis lolos."
"Harus diundi lagi karena dilihat juga riwayat lombanya, lomba apa saja yang diikuti, prestasinya seperti apa."
"Saya hampir rutin mengikuti minimal 3 lomba kualifikasi UTMB. Ada Rinjani 100, Gede Pangrango 100, BTS (Bromo Tengger Semeru), dan MesaStila. Itu lomba-lomba di Indonesia yang masuk kualifikasi UTMB."
"Saya juara di Rinjani 100, di Gede Pangrango, BTS, di MesaStila juga pernah. Hampir lomba-lomba trail di indonesia saya pernah juara," tutur Fandhi.
Baca juga: Setelah Fandhi, Pelari Indonesia Lain Finis di Rinjani 100
Semua event lari trail tersebut diikuti Fandhi pada 2018 atau 2019, sebab semua lomba di 2020 ditunda karena pandemi virus corona. Meski begitu, poin-poin yang dia kumpulkan tetap berlaku untuk lolos ke UTMB.
Adapun Fandhi mengakui persiapannya tahun ini tidak ideal karena situasi serba tak pasti akibat pandemi virus corona. Fandhi yang terbiasa berlatih di Gunung Gede Pangrango harus puas hanya latihan di Sentul.
"Lomba lari gunung idealnya latihan di gunung. Sebelum pandemi saya rutin latihan di Gunung Gede Pangrango," kata Fandhi Achmad.
Baca juga: Olimpiade Tokyo - Rekor Dunia Pecah di Nomor 400 Meter Lari Gawang Putri
"Namun, karena pandemi saya tidak bisa ke sana. Gunung ditutup, akses menuju ke sana juga tidak bisa karena PPKM darurat dan lain-lain. Jadi, untuk persiapan tahun ini agak terbatas," katanya.
"Jadi, saya latihan ke Sentul meski ketinggiannya cuma 1.000 mdpl. Lomba real-nya di ketinggian 2.000 mdpl lebih dan dingin karena gunung bersalju," tuturnya.
"Gunung Gede Pangrango itu ketinggiannya sekitar 3.000 mdpl, jadi selain dapat altitude-nya juga bisa merasakan dinginnya. Kalau di Sentul altitude-nya rendah dan tempatnya panas," ucap Fandhi Achmad.
Adapun pelari Indonesia lainnya yang juga berhasil finis di perlombaan ini adalah Santih Gunawan. Dia mengikuti kategori CCC yang berjarak sekitar 101 km dengan batas waktu 26 jam 30 menit.
Santih menyelesaikan rintangan dan finis dengan catatan 25 jam 22 menit 19 detik. Hasil itu membuat Santih Gunawan finis di urutan ke-1.364 kategori CCC.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.