TOKYO, KOMPAS.com - Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 melakukan dua hal penting untuk menekan laju pertumbuhan kasus baru Covid-19.
Hingga hari kedua perhelatan Olimpiade Tokyo pada Sabtu (24/7/2021), tercatat ada 17 penambahan kasus baru.
"Total ada 123 kasus baru sejak perhitungan penambahan kasus baru dimulai pada 1 Juli 2021," kata pernyataan resmi penyelenggara, Tokyo 2020, hari ini.
Baca juga: Olimpiade Tokyo 2020, Kebanyakan Anggota Delegasi Kirgistan dan Tajikistan Tak Pakai Masker
Dari jumlah kasus tersebut, ada 14 kontraktor dan 2 anggota ofisial delegasi yang terpapar.
Seluruh kasus baru kebanyakan muncul di Perkampungan Atlet Tokyo.
Sementara itu, Tokyo 2020 menegaskan bahwa peraturan karantina ketat dan tes Covid-19 sebelum pertandingan adalah hal wajib.
"Kami menerapkan kedua hal itu terus-menerus," kata pernyataan Tokyo 2020.
Sebagaimana diketahui, Olimpiade Tokyo 2020 akan berlangsung hingga Minggu (8/8/2021).
Sementara itu, Tokyo 2020 juga mempunyai protokol untuk perawatan pasien Covid-19.
Protokol ini, kata Direktur Eksekutif Komite Olimpiade Internasional (IOC) Christophe Dubi, Sabtu (24/7/2021), juga bekerja sama dengan pihak rumah-rumah sakit di Tokyo khususnya.
Darurat
Sementara itu, Kota Tokyo memasuki keempat kalinya berstatus darurat Covid-19 mulai Senin (12/7/2021).
"Penetapan ini merupakan upaya mencegah meluasnya pandemi Covid-19," kata Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga mengingatkan warga Jepang dalam pernyataan resminya.
Status keempat itu mempunyai masa berlaku hingga Minggu (22/8/2021).
Status ini merupakan perpanjangan dari status ketiga yang habis masa berlakunya pada Minggu (11/7/2021).
Sama seperti pada status darurat Covid-19 sebelumnya, kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat juga berlangsung.
Selain perpanjangan status kondisi darurat Covid-19 untuk Tokyo dan Okinawa, empat prefektur yakni Chiba, Saitama, Kanagawa, dan Osaka, juga terkena kebijakan ini.
"Kebijakan pada keempat prefektur tersebut diperpanjang hingga Minggu (22/8/2021)," kata Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.
Kebijakan ini sudah barang tentu membuat perhelatan Olimpiade Tokyo terkena dampaknya.