KOMPAS.com - Dua hari setelah insiden Christian Eriksen pada laga Denmark vs Finlandia di ajang Piala Euro atau Euro 2020, pencinta olahraga Indonesia kembali harus berhadapan dengan tragedi yang sama, bahkan lebih parah.
Christian Eriksen diduga mengalami henti jantung ketika laga Denmark vs Finlandia, 12 Juni 2021 malam WIB. Kini, masyarakat Indonesia kehilangan sosok legenda bulu tangkis, Markis Kido, akibat henti jantung.
Berdasarkan keterangan legenda ganda putra Indonesa, Candra Wijaya, yang berada di lapangan, penyebab Markis Kido meninggal seperti yang dialami Eriksen, henti jantung.
"Saya saat itu sedang menonton dari belakang. Saya kemudian kaget dan panik ketika melihat Markis Kido terjatuh dan tengkurap. Tidak normal. Dia tidak sadarkan diri dan mengorok," ucap Candra Wijaya.
Dua deretan kejadian tersebut tentu membuat banyak orang bertanya, apa benar seorang atlet atau pegiat olahraga pada umumnya rentan terkena henti jantung?
Baca juga: Selamat Jalan Markis Kido, Prestasimu Abadi...
Lalu, apa benar olahraga bisa memicu henti jantung?
Mengutip Kompas Lifestyle, perlu diketahui terlebih dahulu antara serangan jantung dengan henti jantung.
Serangan henti jantung berbeda dengan serang jantung biasa, meskipun keduanya bisa menyebakan jantung gagal berfungsi sebagai mana mestinya dan menyebabkan kematian.
Serangan henti jantung atau istilah medisnya disebut dengan sudden cardiac arrest (SCA) adalah berhentinya detak jantung secara medadak yang disebabkan adanya gangguan aliran listrik di jantung, sehingga menghambat aktivitas pemompaan darah dan menghentikan sirkulasi darah dalam tubuh.
Umumnya seseorang yang terkena serangan henti jantung saat berolahraga dikarenakan telah memiliki riwayat penyakit jantung ini, hanya saja mereka tidak menyadari hal tersebut.
Baca juga: Dokter Timnas Denmark Ungkap Christian Eriksen Alami Henti Jantung
Sedangkan serangan jantung atau heart attack kebanyakan disebabkan oleh penyakit jantung yang berlangsung kronik dalam waktu lama.
Serangan ini terjadi karena adanya penyumbatan mendadak di dalam pembuluh darah koroner sehingga aliran darah ke otot jantung menjadi terhambat dan akhirnya merusak otot jantung.
Kejadian yang menimpa Christian Eriksen dan Markis Kido kemungkinan besar SCA, bukan serangan jantung.
Ini disebabkan karena hipertropik kardiomiopati. Kardiomiopati adalah suatu penyakit genetik yang menyebabkan terjadinya penebalan tidak normal di otot-otot jantung.
Sedangkan, penyebab kematian mendadak pada usia yang lebih tua berbeda–lebih dari 50 tahun, umumnya disebabkan karena mereka memiliki penyakit jantung koroner dan pernah mengalami serangan jantung sebelumnya.
Baca juga: Markis Kido Melompat, Lempar Raket, Juara Olimpiade, lalu Hendra...