"Media sosial bisa dikategorisasi sebagai web 2.0 yang ditandai dengan interaktivitas. Ini yang membedakan dengan web 1.0 yang belum ada interaktivitas," kata Fajar Junaedi kepada Kompas.com.
"Dalam Piala Menpora yang terjadi di masa pandemi ini, kemampuan public relations klub dalam mengelola media sosial menjadi penting."
"Yang saya lihat, klub peserta Piala Menpora sudah mengaktivasi media sosial untuk membangun interaktivitas dengan suporter, fans, maupun konsumennya," ungkap penulis buku Merayakan Sepak Bola: Fans, Identitas, dan Media itu.
Interaksi yang ada tersebut menguntungkan dari sisi penyampaian pesan dari sebuah konten, dalam hal ini prokes.
Baca juga: Piala Menpora, Pentingnya Perebutan Posisi Ketiga bagi PS Sleman
"(Pengaruh konten klub) menurut saya cukup besar, meskipun belum ada riset kuantitatifnya. Ini bisa dilihat dengan common sense, yaitu kerelaan suporter untuk tidak datang ke stadion," ujar Fajar Junaedi.
Nada yang sama dituturkan oleh Gerry Maulana Thiar. Dia mengatakan, peran sebuah klub saat ini bukan hanya menyajikan permainan cantik di lapangan sepak bola.
"(Ini) sudah memasuki sepak bola new normal, peran klub lebih dari menginformasi. Harus lebih peka dengan dinamika yang ada di masyarakat, seperti bersinergi menggaungkan sinergi dengan kampanye-kampanye dari pemerintah sehingga sepak bola bisa terus mendapatkan kepercayaan," terang Gerry kepada Kompas.com.
"Apa yang tecermin di medsos nunjukkin kepercayaan masyarakat Indonesia percaya sepak bola bisa hidup lagi."
Baca juga: Permintaan Zainudin Amali ke Persib dan Persija di Final Piala Menpora
Masyarakat, masih kata Gerry, juga sudah memahami kondisi dengan pindah dari mendukung di stadion ke media sosial.
"Ada secercah harapan kompetisi yang berlanjut, bukan hanya turnamen," yakin dia.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Zainudin Amali berterus terang sudah merasakan kepatuhan suporter yang tidak datang ke stadion.
"Sekali lagi apresiasi dan terima kasih kepada para suporter, para pendukung, dan para pencinta sepak bola yang sangat patuh dan sekarang mereka sedang berada di rumah, menonton di rumah saja, tidak nobar (nonton bareng), tidak berkerumun, dan tidak datang ke stadion," kata Zainudin Amali.
"Satu hal yang luar biasa dan ternyata suporter kita bisa, dan saya bangga dengan suporter sepak bola Indonesia,” ujar Zainudin Amali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.