KOMPAS.com - Menjadi bagian dari timnas U16 Indonesia bukan suatu hal yang mudah. Mereka adalah orang-orang terpilih dari ribuan atau bahkan jutaan bibit muda di Tanah Air.
Namun, menjadi bagian timnas U16 Indonesia bukan sebuah pencapaian. Berada di skuad yang dilatih oleh Bima Sakti adalah bagian awal.
Mereka akan terus dipoles sedemikian rupa agar pantas membawa lambang Garuda di hadapan masyarakat Indonesia dan internasional.
Segala pengorbanan sudah wajib ditunjukkan untuk bisa berada di skuad Garuda Asia.
Baca juga: Pemainnya Dicoret dari Timnas U19 Indonesia karena Indisipliner, Ini Kata COO Bhayangkara FC
Satu kesempatan bisa mengenakan seragam kebanggaan nasional tak boleh dilewatkan oleh Aditiya Daffa Al Haqi.
Bagi pemain berposisi gelandang itu, dipanggil timnas U16 Indonesia membuatnya bisa mencicil "utang" kepada pengorbanan almarhum ayahnya.
"Dulu waktu usia 10 tahun saya pernah diajak sama (alm) bapak ke stadion GBK," cerita Aditiya mengawali.
"Bapak pernah bilang, 'suatu saat nanti kamu pasti akan masuk timnas. Mungkin sekarang kamu hanya bisa nonton, tapi suatu saat nanti kamu akan main di sini dan ditonton banyak orang'," ujar pemain yang akrab disapa Tile itu.
Baca juga: Pulang Pagi, 2 Pemain Ini Dicoret Shin Tae-yong dari Timnas U19 Indonesia
Keyakinan sang ayah benar adanya. Aditiya menjadi satu dari orang sedikit yang terpilih membela timnas U16 Indonesia.
Pemain kelahiran 11 Januari 2004 itu dipanggil oleh Bima Sakti pada tahun 2019 lalu.
Sejak saat itu, Aditiya Daffa Al Haqi menjadi langganan tiap kali timnas U16 Indonesia memanggil.
"Sayangnya bapak tidak sempat lihat saya masuk timnas. Tahun 2016, setelah ashar, bapak berpulang ke hadapan Allah, persis di depan saya saat mau pamit latihan," ungkap dia dikutip laman resmi PSSI.
"Persisnya, saat mau salim ke bapak, terus tiba-tiba bapak susah bernapas, saya lari untuk memanggil ibu, tetapi bapak akhirnya berpulang."
Baca juga: Kekalahan Timnas U16 Indonesia dari UEA Masih Terasa
"Itu 2 minggu sebelum saya berangkat ke China untuk ajang Gothia Cup," terang sang gelandang.
Bagi Tile, seorang ayah atau bapak adalah orang yang mengenalkannya dengan dunia si kulit bulat.
"Saat umur 8 tahun saya sudah sering diajak sama (alm) bapak untuk ikut sekolah sepakbola (SSB) dekat rumah. Tapi karena untuk usia 8 tahun belum ada, saya ikut latihan bersama kelompok usia 10 tahun."
"Usia saya masih 8 tahun waktu itu dan saat latihan di ssb, saya tidak punya sepatu."
Baca juga: Ricky Yacobi Meninggal Dunia, Ini Perjalanan Karier Sang Legenda di Timnas Indonesia
"Bahkan pertama kali latihan, saya memakai sepatu yang sama untuk sekolah," kata Tile.
"Melihat anak-anak lain sudah pakai sepatu bola yang layak, rasanya ingin juga tetapi belum bisa beli saat itu. Itu yang tidak bisa saya lupa," ungkapnya.
Ayah di mata Aditiya Daffa Al Haqi adalah orang yang selalu menjadi motivasi untuk terus berkembang.
"Ingat sekali dulu bapak sering mengantar saya latihan dengan sepeda motor, meski harus menempuh jarak tempuh yang jauh, contohnya Jakarta ke Bogor," cerita dia.
Baca juga: Shin Tae-yong Ungkap Program Latihan Timnas U19 Indonesia di Korea Selatan
"Sekarang sedih bapak sudah tidak ada, tapi saya lega karena setidaknya walaupun bapak tidak ada tapi harapan almarhum tercapai."
"Saya akan selalu bersungguh-sunguh agar selalu dipilih dan membela timnas," tegas Tile.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.