KOMPAS.com - Ajang lomba lari Elite Race Borobudur Marathon 2020 seakan menjadi salah satu kompetisi olahraga yang bikin cemburu.
Pasalnya, Elite Race Borobudur Marathon 2020 menjadi ajang olahraga ternama di Indonesia yang kali pertama diizinkan berlangsung di tengah pandemi.
Sementara itu, ajang olahraga lainnya seperti Shopee Liga 1 2020 hingga IBL (Indonesia Basket League) tak mendapat izin bergulir.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Kadisporapar) Jawa Tengah Sinung Nugroho Rachmadi membeberkan alasannya.
Sinung menjelaskan bahwa ada tiga hal yang dapat membuat sebuah ajang olahraga bisa terlaksana.
Baca juga: Borobudur Marathon 2020, Berharap Gunung Merapi Tidak Meletus
"Satu, dibatasi. Dua, mampu dikontrol, dan tiga, harus ketat ya," kata Sinung dalam konferensi pers menjelang Elite Race Borobudur Marathon, Sabtu (14/11/2020).
Tiga elemen yang dia utarakan tersebut sudah terlaksana dengan baik di pergelaran Elite Race Borobudur Marathon 2020 powered by Bank Jateng berkolaborasi dengan Harian Kompas.
Soal pembatasan, Elite Race Borobudur Marathon hanya diikuti oleh 26 peserta atlet nasional.
Sementara tahun lalu, hampir 11.000 pelari berada di Candi Borobudur untuk mengikuti ajang tersebut.
Baca juga: Keketatan Borobudur Marathon 2020, Tak Ada Gelas Sekali Pakai
Perbedaan jumlah yang sangat signifikan tersebut tentu menjadi alasan pertama Elite Borobudur Marathon 2020 bisa berlangsung.
Selain itu, Elite Race Borobudur Marathon 2020 dipastikan tak dimeriahkan oleh penonton, baik dari keluarga peserta maupun masyarakat sekitar.
Bersamaan dengan sedikitnya pelari yang berpartisipasi, panitia tentu lebih mudah untuk mengaturnya.
Di sisi lain, jumlah panitia juga tentu berkurang karena peserta jauh berbeda dibanding tahun lalu.
Baca juga: Daftar Pelari Elite Race Borobudur Marathon 2020, 17 Pria dan 9 Wanita
Kemudian, Elite Race Borobudur Marathon 2020 lebih mudah dikontrol karena peserta lari mengikuti lintasan yang ada di dalam Kompleks Candi Borobudur, Magelang.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, di mana rute lintasan keluar dari Kompleks Candi Borobudur dan disambut oleh masyarakat sekitar.
Kali ini, 26 peserta hanya berlari di dalam Kompleks Candi Borobudur dengan rute sepanjang 3,5 km dan diputari sebanyak 12 kali.
Artinya, tidak ada penonton dari masyarakat ataupun keluarga peserta yang memeriahkan Elite Race Borobudur Marathon 2020.
Baca juga: Daftar Pelari Elite Race Borobudur Marathon 2020, 17 Pria dan 9 Wanita
Elemen terakhir agar sebuah ajang bisa dihelat adalah dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
"Soal pengetatan ini bagaimana? Karena sebagian banyak orang akan berkata, 'Saya sudah melakukan protokol kesehatan'," kata Sinung Nugroho Rachmadi.
"Mungkin, sebagian orang tersebut sudah melakukan protokol kesehatan, tetapi sebatas cuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak."
"Tidak, untuk ajang olahraga itu tidak cukup. Berarti harus swab test," tegas dia.
Elite Race Borobudur Marathon 2020 digelar dengan protokol kesehatan berlapis untuk semua pihak yang terlibat, mulai dari pelari, panitia, hingga awak media.
Baca juga: Borobudur Marathon 2020 Gunakan Protokol Kesehatan Berlapis
Pelari melakukan swab test sebanyak tiga kali. Pertama, sebelum tiba di Magelang.
Kemudian, ketika tiba di Magelang, mereka kembali melakukan swab test dan langsung dikarantina.
Ketiga, setelah ajang Elite Race Borobudur Marathon 2020, 26 peserta juga melakukan swab test terakhir.
Adapun media melakukan tes negatif Covid-19 sebanyak dua kali, yakni sebelum berangkat ke Magelang dan sebelum memasuki hotel untuk menginap.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.