KOMPAS.com - Mantan petenis, Nicolas Kiefer, menilai bahwa jeda panjang akibat penundaan turnamen akan merugikan para petenis muda.
Tenis memiliki sistem keuangan yang berbeda daripada sepak bola.
Jika pemain sepak bola mendapatkan gaji dari klub, petenis hanya bisa mengandalkan sponsor pribadi dan hadiah uang dari turnamen yang mereka ikuti.
Petenis profesional juga harus mengurus gaji pelatih, fisioterapis, dan keperluan latihan secara pribadi.
Nicolas Kiefer menilai kondisi ini menyebabkan petenis muda lebih rentan mengalami krisis finansial ketimbang mereka yang sudah memiliki jam terbang panjang.
Baca juga: Richard Gasquet Tak Yakin Turnamen Tenis Dimulai Lagi pada Juli Nanti
“Tidak seperti pemain sepak bola, petenis dan atlet individu sepenuhnya bertanggung jawab atas diri sendiri,” ujar Kiefer dilansir BolaSport.com dari Tennis World USA.
View this post on InstagramHi Roger! ???????? Any advice? ???????????????? #TrainingFromHome #TennisAtHome
Petenis asal Jerman itu meminta ITF atau ATP segera mencarikan langkah yang kongkrit agar semua petenis dapat diselamatkan.
“Menemukan sistem yang adil dalam menjamin kepentingan semua orang memang sulit untuk dikembangkan," kata Kiefer.
"Tenis adalah olahraga individu, maka saatnya semua pihak harus duduk dan membicarakannya," kata pria berusia 42 tahun tersebut.
Kiefer juga menambahkan kendala lain yang dihadapi para petenis muda adalah bagaimana menjaga kebugaran tubuhnya selama masa isolasi.
“Atlet berpengalaman mampu untuk memiliky gym, lapangan tenis di rumah, dan tetap dapat menjaga kebugaran di kediamannya,” terangnya.
ITF, ATP, dan WTA menangguhkan seluruh turnamen tenis di bawah naungan mereka hingga 13 Juli 2020. (Muhamad Husein)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.