KOMPAS.com - Kompetisi paling bergengsi di Benua Eropa, Liga Champions, sedang memasuki masa kelam.
Jika sebelumnya Liga Champions dipuja dan dinanti, kali ini kompetisi tersebut menjadi kambing hitam dan selalu disalahkan, terutama setelah wabah virus corona datang.
Ya, virus asal Wuhan, China itu mengubah Liga Champions seakan menjadi "pembunuh" ribuan nyawa manusia.
Empat terduga pembunuh selalu menjadi perbincangan. Mereka adalah Liverpool, Atletico Madrid, Atalanta, dan Valencia.
Baca juga: Kapten Liverpool Soroti Mentalitas Timnya pada Era Juergen Klopp
Benar, dua pertandingan dari empat tim di Liga Champions itu dianggap kambing hitam penyebaran Covid-19 atau virus corona di Italia, Spanyol, Inggris, hingga Eropa.
Terbaru, laga Liverpool vs Atletico Madrid dalam pentas Liga Champions leg kedua babak 16 di Stadion Anfield, 11 Maret 2020, dianggap sumber dari penyebaran Covid-19 di Inggris.
Dewan Direkur Kesehatan Masyarakat Liverpool, Matthew Ashton, mengatakan peningkatan kasus virus corona di kota tersebut diprediksi dipengaruhi oleh laga leg kedua Liga Champions.
Kekalahan pertama Liverpool di Stadion Anfield sejak September 2018 itu menjadi salah satu catatan kelam kompetisi kasta tertinggi Eropa.
Baca juga: Kegagalan-kegagalan Membuat Liverpool Berada di Jalur yang Benar
"Bukan keputusan yang tepat menggelar pertandingan (di tengah pandemi virus corona)," kata Matthew Ashton kepada The Guardian.
"Orang-orang tidak sengaja membuat keputusan tersebut. Mungkin situasi yang sudah mengkhawatirkan karena pandemi ini saat itu tidak dipahami oleh pemerintah."
"Meskipun kita tidak akan pernah tahu, pertandingan melawan Atletico Madrid dengan orang-orang yang berkumpul seperti itu bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus ini di Liverpool," ujar dia.
Hal senada pun diutarakan ayah Matthew Ashton yang merupakan mantan direktur regional kesehatan masyarakat untuk Inggris bagian barat laut, Profesor John Ashton.
"Ada 3.000 pendukung dari Madrid sebagai kota penyebaran yang sangat tinggi merupakan langkah yang salah," kata John Ashton.
Baca juga: Laga Lawan Atletico Madrid Disebut Jadi Penyebab Meningkatnya Covid-19 di Liverpool
Sementara satu laga lainnya, Atalanta vs Valencia turut berperan menyebarkan virus di dua negara, Italia dan Spanyol.
Kedua negara tersebut menjadi pemilik angka kematian tertinggi akibat virus corona di dunia hingga Sabtu (4/4/2020) pagi WIB.
Laga Atalanta vs Valencia pada 19 Februari 2019 memang digelar di San Siro, Milan.
Namun, pendukung Atalanta yang notabene berasal dari Bergamo berbondong-bondong datang ke Milan.
Wali Kota Bergamo, Giorgio Gori, menyebut secara gamblang bahwa malam 19 Februari 2020 adalah penyebab utama penyebaran virus corona di Italia.
Baca juga: Tinta Emas Atalanta di Liga Champions Dibayar Ribuan Nyawa
Gori tak segan menyebut pertandingan Atalanta vs Valencia sebagai bom biologis Covid-19 dari Milan ke Bergamo, Provinsi Lombardy, dan kemudian menyebar ke seantero Negeri Pizza.
"Pertandingan itu merupakan bom biologis. Saat itu, kami sama sekali tidak tahu apa yang terjadi. Jika virus itu mulai merebak, sekitar 40 ribu fans yang datang ke San Siro (Milan), sudah pasti terinfeksi," ungkap Gori dikutip Marca.
"Tak ada yang tahu bahwa virus itu 'bergentayangan' di sekitar kita.
"Banyak sekali yang menyaksikan pertandingan itu secara bergerombol dan banyak sekali kontak fisik malam itu. Virus itu menyebar dari satu orang ke orang-orang lain," tandas dia.
Hingga Sabtu (4/4/2020) pagi WIB, jumlah kasus di Italia dan Spanyol lebih dari 110.000 kasus dan memakan korban 10.000 jiwa lebih.
Baca juga: Laga Atalanta Vs Valencia Jadi Bom Biologis Virus Corona, UEFA Buka Suara
Sementara di Inggris pada hari yang sama, terdapat 33.718 kasus dengan angka kematian 2.921 jiwa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.