KOMPAS.com - Tekanan terus menghampiri pihak penyelenggara untuk membatalkan Olimpiade Tokyo 2020.
Tuntutan datang bertubi pada beberapa hari terakhir. Akhir pekan lalu, Asosiasi Federasi Atletik Dunia meminta Olimpiade ditunda.
Pada Minggu (22/3/2020), Komite Olimpiade dan Paralimpiade Kanada mengumumkan bahwa mereka tak bakal mengirim delegasi ke Tokyo apabila Olimpiade tetap bergulir musim panas ini.
Tak sampai 12 jam kemudian, Komite Olimpiade Australia mengutarakan hal serupa walau tak secara langsung mengutarakan tidak akan berpartisipasi.
Baca juga: Olimpiade Tokyo 2020 Ditunda, Pertama Sejak Perang Dunia Kedua
Sementara, Komite/Asosiasi Olimpiade Jerman, Inggris, Norwegia, dan Brasil telah memberi tekanan kepada IOC untuk menunda Olimpiade.
Namun, hingga Selasa (24/3/2020) dini hari WIB belum ada konfirmasi langsung dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) atau pihak penyelenggara Tokyo 2020.
Hal ini pun menimbulkan pertanyaan, apa yang membuat pihak penyelenggara kukuh agar Olimpiade Tokyo 2020 tetap bergulir sementara event-event olahraga lain, termasuk Piala Eropa dan Copa America yang dijadwalkan pada musim panas ini, ditunda?
Menurut Tomahiko Taniguchi, penasihat khusus ke Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, keputusan akhir berada di tangan IOC.
"Lausanne (letak markas IOC) harus mengambil beberapa pekan untuk meneliti semua skenario pembatalan tetapi hal ini bukan keputusan Tokyo," tuturnya kepada BBC.
Baca juga: Olimpiade Tokyo 2020 Ditunda, Ini 3 Olimpiade yang Juga Pernah Batal
Menurut sebuah sumber BBC, dunia olahraga tengah menyaksikan siapa yang bakal berkedip lebih dulu antara IOC dan pihak penyelenggara Tokyo 2020.
Hal ini karena dampak legal dan komersial besar yang bakal ditanggung dari keputusan berat tersebut.
Pengacara olahraga terkemuka, John Mehrzad QC, menjelaskan bahwa siapapun yang membuat keputusan untuk membatalkan Olimpiade akan terekspos ke potensi pelanggaran kontrak.
"Pihak yang 'membatalkan' atau 'menunda' perjanjian tersebut, kecuali disetujui bersama oleh kedua pihak, bakal berpotensi dianggap melanggar kontrak dan terekspos ke klaim senilai miliaran dolar," tutur Mehrzad.
Klausal "force majeure" atau "Act of God" alias peristiwa atau bencana yang ditimbulkan dari perubahan-perubahan keadaan alam di luar jangkauan dan kekuasaan manusia bisa dipakai apabila mendapat dukungan dari pihak asuransi.
Sejauh ini, World Health Organization (WHO) belum mengutarakan bahwa Olimpiade tak bisa bergulir.
Salah satu hal yang menjadi pangkal permasalahan adalah BBC meyakini kalau IOC punya hak dalam kontrak mereka untuk membatalkan Olimpiade atas alasan keamanan.
Baca juga: Radja Nainggolan: Setelah Semua Ini Berakhir, Saya Ingin Bermain Sampai Usia 50 Tahun
Mereka dilindungi dari klaim-klaim ganti rugi dari kota penyelenggara dalam event tersebut.
Namun, kontrak tersebut tak menyebutkan soal penundaan event sehingga IOC ingin agar Jepang yang mengambil keputusan akhir.
Setidaknya, protes keras dari beberapa Komite Olimpiade nasional bisa membuat kondisi lebih jelas.
Tanpa partisipasi dari Kanada dan Australia, Olimpiade ini tak akan lengkap.
IOC dan pihak penyelenggara lokal bisa mengatakan kalau Olimpiade tak akan dapat bergulir dengan jadwal sekarang dan hal ini bisa menjadi perlindungan di balik kasus legal dan klaim asurani dari berbagai kontrak komersial yang terkait dengan event ini, dari para sponsor sampai pemegang hak siar.
Ricardo Fort, kepala sponsorship di Coca-Cola, salah satu sponsor kunci Olimpiade, mengatakan bahwa tindakan IOC untuk terus mengevaluasi keadaan sudah tepat.
"Apapun keputusan yang mereka ambil, hal ini akan berdasarkan fakta (dan bukan tekanan dari federasi manapun)," tuturnya.
Sementara itu, berbagai polling di Jepang mengutarakan kalau publik mengharapkan penundaan Olimpade Tokyo 2020 ditengah pandemi Covid-19.
Baik IOC atau pihak penyelenggara lokal telah menekankan kalau penundaan Olimpiade dengan bujet sebesar 12,6 miliar dolar AS atau 200 triliun rupiah ini akan menghadirkan berbagai tantangan masif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.