KOMPAS.com - Timnas Indonesia menuai banyak pujian ketika tampil pada Olimpiade Melbourne 1956. Saat itu, Pasukan Garuda mampu membuat Uni Soviet kerepotan.
Pada Olimpiade Musim Panas 1956 di Melbourne, Australia, kontingen Indonesia mengirimkan 30 atlet. Dari total 30 atlet tersebut, 21 di antaranya merupakan anggota tim sepak bola.
Ketika itu, tim sepak bola Indonesia dilatih oleh pelatih asal Bosnia Herzegovina, Antun "Toni" Pogacnik.
Timnas Indonesia lolos dari kualifikasi zona Asia setelah lawan yang seharusnya mereka hadapi yakni Taiwan membatalkan keikutsertaannya dalam babak kualifikasi.
Pada cabang olahraga sepak bola Olimpiade 1956, Indonesia seharusnya bertemu dengan Vietnam Selatan pada putaran pertama. Namun, sang lawan membatalkan keikutsertaannya.
Alhasil, Indonesia kemudian menantang Uni Soviet pada perempat final.
Uni Soviet saat itu merupakan tim kuat karena memiliki pemain-pemain kelas dunia semisal Igor Netto, Valentin Ivanov, hingga kiper legendaris Lev Yashin.
Pada putaran pertama, Uni Soviet berhasil mengalahkan Jerman dengan skor 2-1.
Duel Uni Soviet vs Indonesia pada perempat final cabor sepak bola Olimpiade 1956 digelar di Stadion Olympic Park, Melbourne, 29 November 1956, dan dihadiri oleh lebih dari 3.000 penonton.
Pada saat itu, banyak yang menilai bahwa Uni Soviet akan mudah melewati adangan Indonesia. Namun nyatanya, Pasukan Garuda mampu memberikan perlawanan sengit.
Pelatih Toni Pogacnik menerapkan pertahanan berlapis. Skuad Indonesia yang saat itu dihuni oleh Maulwi Saelan, Tan Liong Houw, hingga Andi Ramang benar-benar merepotkan Uni Soviet.
Dengan semangat pantang menyerah, Indonesia mampu menahan gempuran Uni Soviet. Skor imbang 0-0 pun bertahan hingga waktu normal dan extra time selesai.
Perjuangan Ramang dkk itu pun menuai banyak pujian. Dalam ulasannya, FIFA menyebutkan bahwa Uni Soviet hampir tidak bisa melewati ketangguhan skuad Indonesia.
Sementara itu, Presiden FIFA Sir Stanley Rous memuji pertahanan yang diperagakan timnas Indonesia.
"Baru sekali saya melihat permainan bertahan yang sempurna sekali," kata Sir Stanley Rous, dikutip Tabloid BOLA edisi 27 Juli 1984.
Sayangnya, magis timnas Indonesia berhenti sampai di situ. Pada pertandingan ulang untuk menentukan pemenang yang dilangsungkan 1 Desember 1956, Tim Garuda kalah 0-4 dari Uni Soviet.
Menariknya, pertandingan ulang Uni Soviet vs Indonesia itu lebih banyak menyedot perhatian publik. Penonton yang hadir di Stadion Olympic Park naik dua kali lipat dari laga pertama, yaitu mencapai 6.735 penonton.
Kemenangan atas Indonesia pun membuka jalan bagi Uni Soviet untuk terus melaju hingga partai final dan meraih medali emas usai mengalahkan Yugoslavia.
Bagi Indonesia, meski akhirnya gagal melangkah lebih jauh, keberhasilan menahan imbang Uni Soviet menjadi kisah heroik yang terus dikenang hingga saat ini.
Adapun, Olimpiade Melbourne 1956 menjadi satu-satunya penampilan timnas Indonesia pada pesta olahraga internasional terbesar di dunia tersebut.
Pada Olimpiade Tokyo 2020, tim sepak bola Indonesia melalui timnas U-23 dipastikan tidak ambil bagian.
Sebab, timnas U-23 Indonesia gagal lolos ke Piala Asia U-23 2020 yang merupakan satu-satunya cara untuk lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.
Hanya tiga tim teratas yaitu juara, peringkat satu, dan peringkat dua Piala Asia U-23 yang bisa tampil pada Olimpiade Tokyo 2020.
https://www.kompas.com/sports/read/2021/06/30/14000008/kiprah-timnas-indonesia-di-olimpiade-ketika-pasukan-garuda-merepotkan-uni