KOMPAS.com - Aksi berlutut saat ini menjadi salah satu cara protes sekaligus menghormati kematian pria berkulit hitam, George Floyd.
Dianggap cara protes karena posisi berlutut tersebut mirip dengan langkah polisi bernama Derek Chauvin menahan George Floyd yang mengakibatkan tak bisa bernapas hingga meninggal dunia.
Jauh sebelum kematian pria 46 tahun tersebut, pesan protes dengan berlutut itu bermula dari atlet National Football League (NFL), Colin Kaepernick, pada tahun 2016 silam.
Kaepernick menginginkan keadilan bagi kaum minoritas di Amerika Serikat (AS), khususnya orang berkulit hitam dengan cara berlutut ketika lagu kebangsaan AS disenandungkan.
Kaepernick bermaksud membuat kesadaran bahwa kekerasan struktural terhadap kaum minoritas di Negeri Paman Sam benar adanya.
Aksi tersebut kemudian mengundang amarah para pejabat tinggi AS, termasuk Presiden Donald Trump.
Pasalnya, NFL merupakan simbol konservatisme di AS. American Football menjadi bagian dari 3F (Faith, Family, Football).
Tiga standar tersebut menentukan baik-buruknya seorang warga Amerika di mata para konservatif.
Alhasil, aksi tersebut dianggap pembangkangan dan sebuah penghinaan atas simbol negara karena dilakukan saat The Star-Spangled Banner, lagu kebangsaan AS, berkumandang.
"Saya tidak akan berdiri untuk menunjukkan kebanggaan terhadap sebuah bendera negara yang menekan warga kulit hitam dan kulit berwarna," kata Kaepernick dikutip BBC pada tahun 2016.
Usai aksi itu, Kaepernick tak lagi bermain di NFL. Tak ada klub yang ingin mengontraknya hingga sekarang.
Akan tetapi, pose berlutut itu tetap deras mengalir dan merembet ke atlet-atlet NFL lainnya.
Kendati tak lagi bermain di NFL, nama Kaepernick tetap bersinar berkat aksinya.
Dia ditarik oleh brand olahraga ternama, Nike, dengan nilai kontrak kerja sama jutaan dollar AS.
Selain itu, eks pemain San Fransisco 49ers itu juga mendapat penghargaan Amnesty International.
"Colin Kaepernick telah membangkitkan perhatian kolektif kami tentang persoalan yang sedang terjadi di AS, mengenai krisis keadilan berlandaskan isu rasial," kata Mantan Direktur CIA John Brennan di akun Twitter-nya.
"Apa yang dia lakukan sama sekali bukan bentuk pelecehan terhadap bendera negara. Dia bahkan ingin menyampaikan pesan dari pembukaan UUD kita, yakni membangun persatuan. Well done, Colin, well done."
Sekarang, aksi berlutut terus bergaung. Bahkan dilakukan polisi maupun warga sipil sekalipun.
Aksi berlutut dengan tujuan berkeinginan adanya keadilan sosial terhadap kamu minoritas dan menghilangkan rasisme terus tumbuh, tidak hanya di AS, tetapi juga ke berbagai negara di dunia.
https://www.kompas.com/sports/read/2020/06/03/10000068/colin-kaepernick-atlet-yang-mengawali-asal-mula-aksi-berlutut-di-as