Hal ini akan sangat menghambat proses komunikasi antarbudaya yang dilakukan.
Stereotip adalah penilaian subjektif terhadap suatu kelompok yang didasarkan pada pengalaman seseorang terhadap kelompok atau anggota kelompok tertentu.
Penilaian ini cenderung bersifat negatif. Prasangka adalah dugaan subyektif terhadap suatu kelompok berdasarkan informasi yang tidak lengkap dan sangat mungkin tidak tepat, bahkan tidak berdasarkan pengalaman nyata. Kedua hal tersebut sangat menghambat proses komunikasi antarbudaya.
Baca juga: Apa Tujuan Mempelajari Komunikasi Antarbudaya?
Dilansir dari buku Komunikasi Antarmanusia (2011) oleh Joseph A Devito, Barna dan Ruben mengenali beberapa hambatan- hambatan yang unik untuk komunikasi antarbudaya, sebagai berikut:
Barangkali hambatan yang paling lazim adalah bila menganggap bahwa yang ada hanya kesamaan dan bukan perbedaan.
Mengasumsikan kesamaan dan mengabaikan perbedaan, secara implisit mengkomunikasikan kepada lawan bicara bahwa cara andalah yang benar dan cara mereka tidak penting bagi anda.
Dalam setiap kelompok kultural terdapat perbedaan yang besar dan penting. Seperti halnya orang Amerika tidak sama satu dengan lainnya, demikian pula orang Indonesia, Yunani, Meksiko, dan seterusnya.
Bila kita mengabaikan perbedaan ini kita terjebak dalam stereotip. Kita mengasumsikan bahwa semua orang yang menjadi anggota kelompok yang sama (dalam hal ini kelompok bangsa atau ras) adalah sama.
Makna tidak hanya terletak pada kata-kata yang digunakan melainkan pada orang yang menggunakan kata-kata itu.
Misalnya, perbedaan makna kata agama bagi seorang penganut agama Islam dan bagi seorang ateis, atau kata makan malam bagi seorang petani miskin dan bagi seorang eksekutif puncak perusahaan besar.
Baca juga: Perbedaan Komunikasi Lintas Budaya dan Komunikasi Antarbudaya
Setiap kultur mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut.
Misalnya, pada beberapa kultur, orang menunjukkan rasa hormat dengan menghindari kontak mata langsung dengan lawan bicaranya. Dalam kultur yang lain, menghindari kontak mata seperti ini dianggap mengisyaratkan ketiadaan minat.
Meskipun anda menyadari adanya perbedaan di antara kultur-kultur, anda tetap tidak boleh menilai perbedaan ini sebagai hal negatif.
Misalnya meludah, dalam kebanyakan kultur Barat, meludah dianggap sebagai tanda penghinaan dan ketidaksenangan (begitu pula di Indonesia), yang tidak boleh dilakukan di muka umum.
Tetapi bagi suku Masai di Afrika ini merupakan tanda afeksi,dan bagi suku Indian di Amerika ini dianggap sebagai isyarat keramahtamahan atau kebaikan.
Baca juga: Komunikasi Antarbudaya: Pengertian dan 6 Asumsi Dasarnya
Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.