KOMPAS.com - Lettu Pierre Andreas Tendean menjadi salah satu korban dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G-30S).
Pierre Tendean merupakan pengawal pribadi atau ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution. Saat itu, ia berusia 26 tahun.
Dalam peristiwa itu, ia ditangkap dan dibawa oleh pasukan Cakrabirawa dalam keadaan hidup ke Lubang Buaya Jakarta Timur.
Di sana, ia ditembak kemudian dimasukan ke dalam sumur Lubang Buaya bersama perwira TNI lainnya.
Baca juga: Mengapa Soeharto Tidak Diculik dan Dibunuh PKI?
Piere Tendean ditangkap oleh pasukan Cakrabirawa karena dikira sebagai Jenderal Abdul Haris (AH) Nasution.
Kapten Czi (Anumerta) Pierre Tendean kala itu menjadi ajudan sekaligus korban salah sasaran di rumah Jenderal AH. Nasution.
Saat peristiwa terjadi, pasukan Cakrabirawa mendatangi kediaman Jenderal AH Nasution di Jalan Teuku Umar Nomor 40, Menteng Jakarta Pusat.
Pierre Tendean yang sedang tidur di ruang belakang rumah dinas terbangun karena mendengar suara tembakan dan keributan.
Dikutip Historia, Pierre keluar dari paviliunnya untuk mengatasi kegaduhan dari pasukan-pasukan yang menyatroni kediaman Nasution.
Pasukan yang hendak menangkap Nasution malah menyangka Pierre sebagai Nasution dan membawanya ke kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Dikisahkan, ia mengaku sebagai AH Nasution. Sementara itu, Jenderal AH Nasution berhasil menyelamatkan diri dengan melompat pagar.
Baca juga: Jenderal Ahmad Yani, Kesayangan Sukarno
Dalam buku Jejak Sang Ajudan: Sebuah Biografi Pierre Tendean (2018) karya Ahmad Nowmenta Putra, Agus Lisna, Pierre Andreas Tendean lahir di Rumah Sakit Centrale Burgerlijke Ziekenhuis (CBZ) Batavia (sekarang Jakarta) pada 21 Februari 1939.
Pierre Tendean merupakan keturunan Minahasa dan Perancis. Ibunya Maria Elizabeth Cornet yang merupakan keturunan Perancis-Belanda
Sementara ayahnya Aurelius Lammert (A.L) Tendean berdarah Minahasa Sulawesi Utara yang merupakan seorang dokter di rumah sakit Pierre Tendean lahir.
Ia memperoleh pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SR) Boton Magelang pada 1945, kemudian melanjutkan pendidikan di tingkat SMP Negeri 1 Semarang pada 1952.