Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam

Kompas.com - Diperbarui 08/02/2022, 18:27 WIB
Arum Sutrisni Putri

Penulis

Seni ukir

Walau seni patung untuk menggambarkan makhluk hidup secara nyata tidak diperbolehkan dalam ajaran Islam. Maka seni patung tidak mengalami perkembangan, tetapi seni ukir atau seni pahat terus berkembang.

Seni hias yang berkembang adalah seni ukir dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan, kaligrafi huruf Arab. Muncul kreasi baru yaitu bila terpaksa melukiskan makhluk hidup disamarkan dengan berbagai hiasan agar tidak jelas berwujud hewan atau manusia.

Contoh ukiran di mimbar Masjid Gelgel Klungkung, Bali dan ukiran di Masjid Mantingan, Jepara Jawa Tengah.

Baca juga: Wali Songo: Penyebar Islam di Tanah Jawa

Aksara dan seni sastra

Hikayat Nabi Sulaiman, bukti akulturasi dan perkembangan budaya Islam di Indonesia di bidang seni sastra.Kemdikbud Hikayat Nabi Sulaiman, bukti akulturasi dan perkembangan budaya Islam di Indonesia di bidang seni sastra.

Perkembangan Islam di Indonesia membawa pengaruh dalam bidang aksara atau tulisan. Abjad Arab untuk menulis bahasa Arab mulai digunakan di Indonesia. Huruf Arab digunakan di bidang seni ukir. Berkembang seni kaligrafi.

Perkembangan sastra di zaman madya terpengaruh sastra Islam dan Persia tetapi tidak lepas dari pengaruh unsur sastra sebelumnya. Sehingga terjadi akulturasi antara sastra Islam dengan sastra zaman pra-Islam.

Seni sastra zaman Islam berkembang di Melayu dan Jawa. Bentuk seni sastra Islam berupa hikayat, babad, syair, dan suluk.

Kesenian

Tari Seudati dari Aceh, bukti akulturasi dan perkembangan budaya Islam di bidang kesenian Islam.Kemdikbud Tari Seudati dari Aceh, bukti akulturasi dan perkembangan budaya Islam di bidang kesenian Islam.

Di Indonesia, Islam memunculkan kesenian bernafas Islam yang bertujuan menyebarkan ajaran Islam. Kesenian berupa permainan debus, tarian Seudati dari Aceh, dan pertunjukan wayang.

Baca juga: Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama dan Terbesar di Utara Jawa

Kalender

Ilustrasi kalender Saka ciptaan Sultan Agung, bukti akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam.Istimewa Ilustrasi kalender Saka ciptaan Sultan Agung, bukti akulturasi budaya pra-Islam dan budaya Islam.

Menjelang tahun ketiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, kalender Islam dibenahi. Perhitungan tahun yang dipakai berdasarkan peredaran bulan (komariyah) yang disebut tahun Hijriyah. Umar menetapkan 1 Hijriyah pada 14 September 622 Masehi.

Sistem kalender itu berpengaruh di Indonesia. Bukti perkembangan sistem penanggalan kalender paling nyata adalah sistem kalender ciptaan Sultan Agung. Ia melakukan sedikit perubahan nama-nama bulan pada tahun Saka.

Misal bulan Muharam diganti nama Sura dan Ramadhan diganti dengan Pasa. Kalender tersebut dimulai 1 Muharam 1043 Hijriyah. Kalender Sultan Agung dimulai pada 1 Sura 1555 Jawa (8 Agustus 1633 Masehi).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com