Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revolusi Mental: Sejarah, Penerapan, dan Capaian

Kompas.com - 08/01/2020, 12:00 WIB
Ari Welianto

Penulis

KOMPAS.com - Revolusi menjadi jargon utama Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pemilihan Presiden (Pilres) 2014 lalu.

Setelah terpilih, Presiden Jokowi bersama Jusuf Kalla sebagai wakil presiden menerapkan revolusi mental dalam mengelola pemerintahan.

Sebenarnya apa itu revolusi mental?

Sejarah Revolusi Mental

Revolusi Mental bermula dari ajakan Presiden Jokowi untuk mengangkat kembali karakter bangsa. Karena telah mengalami kemerosotan dengan secepat-cepatnya dan bersama-sama (revolusioner).

Baca juga: Peraih Anugerah Revolusi Mental 2019 Diharap Jadi Panutan

Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.

Dilansir dari situs resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), gagasan revolusi mental pertama kali dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956.

Soekarno melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek. Padahal tujuan revolusi untuk kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai.

Revolusi di zaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah untuk mempertahankan bangsa Indonesia.

Setelah bangsa Indonesia merdeka, sesungguhnya perjuangan belum berakhir. Revolusi masih terus dilakukan, namun lewat cara yang berbeda.

Jika dulu mengangkat senjata, tapi membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku.

Baca juga: Bentuk Revolusi Mental, Khofifah Sarankan Siswa Ziarah Ke Makam Gubernur Pertama Jatim

Lewat cara itu akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain.

Diangkat lagi

Ide dasar itu yang membuat Presiden Jokowi kembali mengaungkan revolusi mental. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka, jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan.

Gerakan Revolusi Mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini sedang menghadapi tiga masalah pojok, yakni merosotnya wibawa negara.

Kemudian merebaknya intoleransi, dan melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional. Gerakan ini terbukti berdampak positif bagi kinerja pemerintah Presiden Jokowi.

Dalam waktu tidak lama, banyak prestasi yang diraih berkat semangat intergritas, kerja keras, dan gotong royong.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com