Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Reformasi

Oleh: Rina Kastori, Guru SMPN 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Pada masa Reformasi, kehidupan masyarakat Indonesia tentunya berbeda dengan saat ini.

Dalam artikel ini, akan dibahas kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Reformasi yang mencakup bidang sosial, pendidikan, dan kebudayaan.

Berikut penjelasannya: 

Kehidupan sosial

Pada masa awal Reformasi, kehidupan sosial masyarakat sempat diwarnai dengan konflik sosial bersifat etnis.

Disebabkan oleh kondisi sosial masyarakat yang kacau akibat lemahnya hukum dan kondisi ekonomi negara yang tidak kunjung membaik.

Kekacauan ini lantas menimbulkan gesekan dalam masyarakat yang berujung pada konflik sosial antarkelompok.

Namun pada akhirnya, pemerintah berhasil mengatasi masalah yang ada, sehingga kehidupanmua berangsur-angsur membaik.

Pada masa Reformasi, masyarakat lebih bebas menyuarakan aspirasinya. Didukung dengan adanya reformasi di bidang komunikasi.

Media massa seperti surat kabar dan majalah dapat menyalurkan aspirasi serta gagasan secara bebas.

Selain itu, ketetapan untuk meminta Surat Izin Terbit (SIT) bagi media massa cetak juga dicabut, sehingga media cetak tidak lagi khawatir dibredel.

Pendidikan

Pada masa Reformasi, pemerintah memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Selain itu, pemerintah juga memberi ruang yang cukup luas bagi perumusan kebijakan pendidikan baru yang bersifat reformatif dan revolusioner.

Hal ini dapat dilihat dari penetapan UU No 22 Tahun 1999 yang mengubah sistem pendidikan Indonesia menjadi sektor pembangunan yang didesentralisasikan.

Begitu pula dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengganti UU No 2 Tahun 1989, yang mendefenisikan ulang pengertian pendidikan.

Sesuai agenda reformasi bidang pendidikan, terutama masalah kurikulum yang harus ditinjau minimal lima tahun, pemerintah melakukan beberapa kali perubahan kurikulum, yakni:

  • KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

Dalam kurikulum ini, siswa dituntut aktif untuk memperoleh informasi, dan guru bertugas sebagai fasilitator.

KBK berupaya menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik individual maupun klasikal, serta berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.

  • KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Secara umum, KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan penyusunannya, yaitu desentralisasi sistem pendidikan.

Pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sedangkan guru dituntut mampu mengembangkannya dalam bentuk silabus.

  • Kurikulum 2013

Menekankan pada kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Kurikulum ini juga menekankan pada keaktifan siswa untuk mendapat pengalaman personal lewat observasi (pengamatan), bertanya, menalar, menyimpulkan, dan mengomunikasikan informasi dalam kegiatan pembelajaran.

Kebudayaan

Dalam bidang ini, dilakukan upaya pelestarian budaya dengan mendaftarkan warisan budaya Indonesia ke United Nations Educational, Scientific, and Cultural Oganization (UNESCO).

Upaya ini dilakukan untuk menghindari klaim negara lain terhadap warisan budaya Indonesia.

Beberapa warisan budaya Indonesia yang telah mendapat pengakuan internasional lewat UNESCO adalah:

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

https://www.kompas.com/skola/read/2022/11/03/120000069/kehidupan-masyarakat-indonesia-pada-masa-reformasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke