Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tari Baksa Kembang, Tari Klasik Kalimantan Selatan

Tari Baksa Kembang adalah salah satu tari klasik yang berasal dari Kerajaan Banjar, Kalimantan Selatan.

Tari Baksa Kembang adalah tari klasik yang ditarikan dalam tembok istana. Tarian tersebut telah berkembang menjadi tari rakyat.

Di mana merupakan tari penyambutan tamu dengan mempersembahkan rangkaian bunga sebagai ungkapan kebahagiaan atas kehadiran tamu dengan iringan doa selamat dan harapan bahwa kehidupan tamu tersebut harum wangi namanya.

Asal usul tari Baksa Kembang

Dikutip dari buku Mengenal Kesenian Nasional 9: Mamanda (Kalimantan Selatan) (2008) karya Kusnanto, tari Baksa Kembang sudah ada sebelum Kerajaan Banjar sekitar ratusan tahun yang lalu pada abad ke-15.

Bahkan sudah ada sebelum pemerintahan Sultan Suriansyah. Sultan Suriansyah merupakan raja pertama Kerajaan Banjar.

Tarian tradisional tersebut termasuk jenis tarian klasik yang dipertunjukkan untuk menghibur keluarga keraton dan menyambut tamu aguang seperti raja atau pangeran. Tari Baksa Kembang di tarikan oleh putra-putri keraton.

Seiring perkembangan zaman, lambat laun tari klasik tersebut lebih bermasyarakat. Tidak hanya ditarikan oleh putri-putri keraton, tapi juga ditarikan oleh galuh-galuh (gadis-gadis) Banjar.

Sekarang, para gadis remaja di wilayah Banjar, telah memiliki keterampilan untuk menari tari Baksa Kembang. 

Para penari Baksa Kembang biasanya memakai hiasan di tangan mereka berupa kembang bogam.

Kembang bogam merupakan rangkaian dari berbagai bunga, yaitu bunga mawar, melati, kantil, dan kenangan.

Kembang bogam nantinya akan diberikan pada tamu beserta istrinya setelah selesai menari.

Cerita tari Baksa Kembang

Tari Baksa Kembang menceritakan putri-putri keraton sedang bermain di taman bunga.

Para putri memetik bunga dan merangkainya menjadi kembang bogem. Kembang bogem yang sudah jadi, mereka bawa untuk menari dengan gemulai dan riang gembira.

Dilansir dari situs Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, tarian tersebut biasanya ditarikan oleh satu ataupun beberapa penari wanita, namun harus berjumlah ganjil.

Tarian tersebut diciptakan satu masa dengan tari Baksa lainnya, seperti Baksa Dadap, Baksa Lilin, Baksa Panah dan Baksa Tameng pada zaman Hindu sebelum Islam datang.

Awalnya tarian klasik tersebut adalah tarian yang berada di lingkungan kerajaan. Kemudian di suatu waktu, kerajaan membuka akses kerajaan bagi masyarakat sehingga kebudayaan di kerajaan terbawa sampai ke masyarakat umum.

Baksa memiliki arti kelembutan. Jadi tarian Baksa kembang adalah bentuk kelembutan tuan rumah dalam menyambut tamu yang dihormati.

Tari Baksa Kembang diiringi oleh gamelan dengan irama lagu yang sudah baku yaitu lagu Ayakan dan Janklong atau Kambang Muni.

Ketika menari, penari Baksa Kembang memakai mahkota Gajah Gemuling yang ditatah kembang goyang, sepasang bogam ukuran kesil diletakkan pada mahkota, dan untaian kelapa muda bernama Halilipan.

Fungsi tari Baksa Kembang

Awalnya tarian tersebut dipertunjukkan untuk menghibur keluarga keraton dan menyambut tamu agung seperti raja atau pangeran.

Namun, setelah tarian ini memasyarakat di Tanah Banjar, berfungsi untuk menyambut tamu pejabat-pejabat negara dalam perayaan hari-hari besar daerah atau nasional.

Disamping itu, tarian Baksa Kembang dipertunjukkan pada perayaan pengantin Banjar atau hajatan misalnya tuan rumah mengadakan selamatan.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/03/203000269/tari-baksa-kembang-tari-klasik-kalimantan-selatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke