Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Karya-Karya Sastra Angkatan Pujangga Baru

Menurut Andri Wicaksono dalam Pengkajian Prosa Fiksi (2017), Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.

Karya-karya sastra angkatan Pujangga Baru antara lain:

Novel Layar Terkembang (1936) karya Sutan Takdir Alisyahbana

Novel ini mengangkat cerita tentang kakak beradik, Maria dan Tuti. Keduanya merupakan perempuan berpendidikan, mandiri, dan masing-masing memiliki karakter yang kuat. Suatu hari di pasar ikan, mereka bertemu dengan Yusuf, seorang mahasiswa kedokteran di Jakarta.

Mulailah kisah cinta antara ketiga tokoh tersebut. Meski ceritanya romantis, Sutan Takdir juga menyelipkan mengenai emansipasi perempuan dalam novelnya. Ia mengungkapkan bagaimana perempuan dapat menjadi sosok yang berpendidikan.

Novel Belenggu (1940) Armijn Pane

Novel ini sempat ditawarkan pada penerbit Balai Pustaka. Namun ditolak karena mengangkat tema perselingkuhan, yang saat itu dianggap porno dan tidak pantas.

Ceritanya mengenai sepasang suami istri bernama Sumartini dan Sukartono. Mereka menikah tanpa rasa cinta, hanya didasari ketertarikan intelektual dan fisik semata.

Drama Sandyakala Ning Majapahit (1938) karya Sanusi Pane

Drama ini bercerita tentang kisah romantis dengan latar di lereng Gunung Wilis. Tokoh utamanya adalah Dandang Gendis (Kertajaya) dan Dewi Amisani. Sanusi Pane mengenas kisah tersebut dengan ciri khasnya.

Dandang Gendis menyamakan nirwana sebagai kekasih. Hal tersebut dianggap tak lazim karena umumnya orang memperdalam kebatinan dan ketuhanan melalui buku atau mencari guru. Drama ini dimuat pertama kali pada bulan Desember 1938, di majalah Poedjangga Baroe, Tahun VI, No.3.

Nyanyi Sunyi merupakan uangkapan atas rasa sunyi dan kerinduan terhadap kampung halaman.

Dalam kumpulan syair ini, Amir Hamzah juga banyak mengungkapkan perasaan cinta dan kekaguman pada seorang kekasih. Hanya beberapa yang berisi ratapan pada ibu dan ketuhanan.

Sajak Kisah Seorang Pengembara (1936) karya Ali Hasymi

Sajak ini berisi ungkapan batin Ali Hasymi terhadap ketuhanan dan kebangsaan. Ketuhanan yang dimaksud terutama mengenai ajaran Islam.

Sosok Ali Hasymi dikenal religius. Ia menyalurkan rasa kecintaan terhadap sang pencipta melalui karya-karya sastranya.

Kumpulan puisi Rindu Dendam (1934) J.E Tatengkeng

Tatengkeng terkenal dengan kekristenannya. Kumpulan puisi Rindu Dendam juga menyiratkan kerinduan kepada sang pencipta.

Ada juga beberapa puisi yang berisi ungkapan perasaan terhadap sesama manusia dan kehidupan sosial secara umum.

Novel Kalau Tak Untung (1933) karya Selasih

Nama asli Selasih adalah Sariamin Ismail. Ia wanita pertama yang menulis untuk Balai Pustaka. Namun ia juga menjadi pelopor untuk angkatan Pujangga Baru. Novel Kalau Tak Untung bercerita tentang seorang perempuan bernama Rasmani.

Ia perempuan berpendidikan, tetapo hidup dengan budaya Minangkabau yang kuat. Ia bertemu dengan Masrul. Mereka saling suka dan sama-sama menentang perkawinan sedarah. Namun kisah tragis menanti keduanya.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/24/181712469/karya-karya-sastra-angkatan-pujangga-baru

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke