Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Embrio Tikus Pertama Kali Dibiakkan di Luar Angkasa, untuk Apa?

Kompas.com - 31/10/2023, 21:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Embrio tikus dibiakkan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) untuk pertama kalinya.

Pembiakan embrio tikus di luar angkasa ini bukannya tanpa alasan.

Studi ini dilakukan karena ilmuwan ingin mengetahui apakah aman bagi manusia untuk hamil di luar angkasa.

"Ada kemungkinan kehamilan terjadi selama perjalanan ke Mars di masa depan. Kami sedang melakukan penelitian untuk memastikan kami dapat memiliki anak dengan aman jika saatnya tiba," kata kata Teruhiko Wakayama dari Universitas Yamanashi di Jepang, yang memimpin penelitian ini.

Baca juga: Mengejutkan, Tikus Mutan Bertubuh seperti Binaragawan Pulang dari Luar Angkasa

Studi embrio tikus di luar angkasa

Dikutip dari New Scientists, Senin (30/10/2023) Wakayama dan rekan-rekannya melakukan langkap pertama percobaan di laboratorium mereka di Bumi.

Mereka mengekstrak embrio dua sel pada tahap awal dari tikus hamil dan membekukannya.

Embrio beku dari tikus ini kemudian dikirim ke ISS dengan roket SpaceX yang diluncurkan dari Florida pada Agustus 2021.

Embrio tikus tersebut disimpan di dalam perangkat khusus yang dirancang tim Wakayama agar astronot di stasiun tersebut dapat dengan mudah mencairkan embrio dan membiakkannya selama 4 hari.

Para astronot kemudian mengawetkan embrio tikus secara kimia dan mengirimnya kembali ke Bumi. 

Akan tetapi, setelah dikirim kembali ke Bumi, embrio tikus tersebut ternyata hanya tumbuh selama empat hari, karena mereka hanya dapat bertahan hidup selama jangka waktu tersebut di luar rahim.

Baca juga: Mengapa Tikus Mol Telanjang Bisa Melahirkan Sepanjang Hidupnya?

Tim kemudian mempelajari embrio yang tiba di Bumi dan melihat apakah perkembangan mereka dipengaruhi oleh paparan radiasi yang lebih tinggi dan gravitasi rendah di luar angkasa.

Hasilnya, embrio tikus tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan DNA akibat paparan radiasi, kemungkinan karena mereka hanya berada di luar angkasa dalam waktu singkat.

Embrio tikus ini juga menunjukkan perkembangan struktural yang normal, termasuk diferensiasi menjadi dua kelompok sel yang menjadi dasar janin dan plasenta.

Ini merupakan temuan penting karena sebelumnya diperkirakan bahwa gayaberat mikro dapat memengaruhi kemampuan embrio untuk memisahkan diri menjadi dua jenis sel yang berbeda.

Baca juga: Tikus Diduga Menjadi Inang Virus Langya di China, Ini Kata Peneliti

Ilustrasi tikus dalam uji laboratoriumUnsplash Ilustrasi tikus dalam uji laboratorium

 

Reproduksi di luar angkasa

Tidak jelas apakah tahap selanjutnya dari perkembangan embrio akan terganggu karena berada di luar angkasa atau tidak.

Namun penelitian sebelumnya, yang mengirim tikus hamil ke penerbangan luar angkasa NASA selama 9 hingga 11 hari selama paruh kedua kehamilan mereka menemukan, tikus-tikus tersebut melahirkan anak-anak dengan berat badan normal ketika mereka berada di luar angkasa.

Setelah tiba di Bumi, anak-anak tikus itu pun juga berkembang secara normal.

"Berdasarkan studi sebelumnya dan hasil terbaru yang kami lakukan, reproduksi mamalia mungkin bisa terjadi," ungkap Wakayama.

Baca juga: Tikus Jantan Ternyata Takut pada Pisang, Bagaimana Bisa?

Namun, masih belum diketahui apakah persalinan anak tikus atau bayi manusia dalam keadaan cukup bulan akan sulit dilakukan atau tidak dalam kondisi gayaberat mikro.

Timnya kini berencana menguji apakah embrio tikus yang dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional, dan kemudian dikembalikan ke Bumi dapat ditanamkan pada tikus betina dan berkembang menjadi keturunan yang sehat.

Pasalnya, ini akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang kelangsungan hidup embrio yang terpapar radiasi luar angkasa dan gayaberat mikro.

Para peneliti juga ingin menguji apakah sperma dan sel telur tikus yang dikirim ke ISS dapat digunakan untuk membuat embrio melalui IVF di luar angkasa.

Studi tentang perkembangan embrio tikus yang dikirim ke stasiun luar angkasa, ISS, ini telah dipublikasikan di jurnal iScience.

Baca juga: Wabah Tikus Landa Australia, Makin Parah Saat Masuki Musim Dingin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com