Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Laporan Terbaru Sebut Polusi Udara Berisiko Mengurangi Usia Anak-anak, Ini Penjelasannya

KOMPAS.com - Laporan terbaru yang dilakukan State of Global Air, lembaga yang mengukur kualitas udara di seluruh dunia menemukan, bahwa paparan polusi udara berisiko mempersingkat usia anak-anak.

Dalam dua laporannya, State of Global Air mengatakan setidaknya usia anak-anak akan berkurang sekitar satu tahun delapan bulan, akibat menghirup udara yang tercemar.

Sementara itu, negara yang dilaporkan memiliki kualitas udara terburuk berimbas pada bayi yang baru lahir. Mereka diperkirakan akan kehilangan lebih dari tiga tahun usia kehidupan, kecuali jika kualitas udara membaik.

Polusi udara telah menjadi perhatian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di mana perbaikan mengenai permasalahan ini harus segera dilaksanakan. Terutama pada beberapa hal, termasuk dampak dari pembakaran bahan bakar fosil.

"Pembakaran bahan bakar fosil membunuh kita, menyebabkan jutaan kematian dini setiap tahun melalui polusi udara, merugikan ekonomi secara global mencapai miliaran dolar setiap tahun, dan memicu krisis iklim," beber Direktur WHO, Dr Maria Neira.

Dilansir dari The Guardian, Jumat (11/3/2022) polusi udara adalah penyebab kematian keempat di seluruh dunia pada tahun 2019, yang mengakibatkan sekitar 7 juta kematian dini.

Angka kasus kematian tersebut lebih banyak dibandingkan risiko lainnya seperti kebiasaan merokok, malaria, ataupun buruknya sistem sanitasi.

Berdasarkan data WHO, India mendominasi daftar wilayah yang memiliki polusi partikel lebih dari 20 kali lipat. Kemudian, Kota Rawalpindi di Pakistan, Kota Kairo di Mesir dan Kota Kampala di Uganda juga menjadi area dengan polusi udara yang buruk.

Artinya, negara-negara yang terkena dampak tersebut menghadapi tantangan ganda berkaitan dengan polusi udara di luar ruangan yang buruk, ditambah menghirup asap hasil memasak maupun pemanas rumah tangga.

“Angka-angka mengerikan ini membutuhkan tindakan yang ambisius, cepat, dan berani," jelas Neira.

Di sisi lain, menurut data pengukuran kualitas udara di Hyde Park di London, Inggris sekitar tahun 1790 menunjukkan, jumlah partikel polusi saat itu setengah dari kota-kota paling tercemar di India saat ini.


Pada akhir 1800-an, polusi udara di Observatorium Kew di pinggiran London serupa dengan keadaan kualitas udara yang buruk di India saat ini.

Menurut data, sekitar 400 juta orang berisiko terpapar udara buruk di lembah Gangga India Utara.

Pada akhirnya, hal ini mengakibatkan krisis polusi udara yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Oleh karena itu, WHO mendorong masyarakat di seluruh dunia untuk memulihkan keadaan lingkungan, dengan mengakhiri semua subsidi bahan bakar fosil, sambil memastikan akses energi untuk semua.

"Di kota-kota, kita membutuhkan lebih sedikit mobil dan kemacetan, dan lebih banyak transportasi umum yang didukung oleh energi bersih yang berkelanjutan. Dan yang sangat penting, pemerintah perlu berkomitmen pada pedoman kualitas udara baru WHO,” pungkas Neira.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/15/203500323/laporan-terbaru-sebut-polusi-udara-berisiko-mengurangi-usia-anak-anak-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke