Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Konflik Rusia-Ukraina Bisa Memicu Winter Nuclear, Ini Dampaknya pada Bumi

KOMPAS.com - Konflik politik antara Rusia dan Ukraina dikhawatirkan bisa memicu perang nuklir, dengan banyaknya negara barat yang mulai mendukung Ukraina secara militer.

Kondisi ini akhirnya menimbulkan kecemasan di antara para pemimpin dunia terkait munculnya nuclear winter.

Dampak dari nuclear winter diprediksi dapat mengakibatkan lebih banyak kematian, dibandingkan perang nuklir itu sendiri. Hingga kini, perang antar kedua negara masih berlangsung, sejak pasukan Rusia menginvasi wilayah Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.

Seperti dilansir dari Weather, Selasa (1/3/2022) nuclear winter adalah fenomena yang menggambarkan dampak iklim jangka pendek dan jangka panjang dari perang nuklir.

Fenomena itu berpotensi membuat suhu Bumi turun drastis, dan mencapai titik terdingin sejak zaman es yang terjadi pada ribuan tahun lalu.

Studi tahun 2014 mengungkapkan bahwa perang nuklir dalam lingkup 'terbatas' dapat melepaskan kepulan asap, yang pada akhirnya menghalangi sinar matahari menuju Bumi.

Asap dari perang nuklir ini diduga akan berada di stratosfer dalam waktu yang lama, hingga menyebabkan suhu Bumi tetap dingin selama lebih dari 25 tahun.

Hal tersebut terjadi lataran inersia termal atau penyimpanan energi panas dari pendinginan air laut serta pantulan sinar matahari berlebihan ke luar angkasa.

Sementara itu, efek nuclear winter disebut mirip dengan apa yang terjadi pasca-letusan Gunung Berapi Tambora di Indonesia pada  tahun 1815 silam.

Pada saat itu, erupsi gunung berapi memengaruhi hasil pertanian setiap musim panas di New England, dan menyebabkan cuaca yang sangat dingin serta basah di Eropa.

Akhirnya keadaan ini memicu kegagalan panen di wilayah tersebut, dan mengakibatkan banyak orang kelaparan serta kesulitan ekonomi.

Efek musim dingin dari letusan gunung ini hanya berlangsung sekitar satu tahun, sedangkan dampak musim dingin dari perang nuklir diduga akan terjadi selama lima hingga 10 tahun lamanya. 


Memicu bencana global

Perang nuklir juga bisa menimbulkan bencana secara global, di mana terjadi pemanasan di stratosfer hingga 30 derajat Celcius, karena penyerapan sinar matahari oleh kepulan asap.

Selanjutnya, lapisan ozon akan terkikis lalu menyebabkan 20 sampai 50 persen ozon di berbagai wilayah berkurang. Peningkatan sinar UV juga berpotensi merusak kesehatan manusia, pertanian, ekosistem darat maupun perairan.

Beberapa penelitian menyoroti kemungkinan penurunan curah hujan di seluruh dunia.

Kekeringan lokal yang terus-menerus dapat disebabkan oleh perang nuklir, kemudian memengaruhi produksi pertanian. Artinya, akan lebih banyak orang yang kelaparan terutama di negara-negara terbelakang.

Adapun prediksi bencana ini didasarkan pada kemungkinan perang nuklir antara India dan Pakistan dalam beberapa tahun terakhir. Untuk Ukraina, yang wilayahnya hanya 6 persen dari daratan benua Eropa, skenario seperti itu bisa lebih parah dari yang dibayangkan.

Pada Senin, (28/2/2022), pejabat Rusia mengatakan unit daratnya yang dilengkapi dengan rudal balistik antarbenua berada dalam status siaga tempur. Kementerian Pertahanan Rusia pun mengonfirmasi hal tersebut.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin juga telah menempatkan pasukan pencegah nuklir negaranya dalam status siaga khusus.

"Negara-negara Barat tidak hanya mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kami (Rusia) di bidang ekonomi. Para pejabat tinggi negara-negara NATO juga membuat pernyataan agresif terhadap negara kami," ucap Putin.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/03/07/190300023/konflik-rusia-ukraina-bisa-memicu-winter-nuclear-ini-dampaknya-pada-bumi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke