Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Ungkap Lama Tinggal di Luar Angkasa Sebabkan Kerusakan Otak

KOMPAS.com - Selama ini para ilmuwan melakukan berbagai studi untuk mengetahui dampak kesehatan yang terjadi pada manusia, jika berada di luar angkasa dalam jangka waktu yang cukup lama.

Efek buruk pada tubuh saat tinggal lama di luar angkasa memang sebelumnya telah diketahui selama beberapa waktu.

Penelitian menunjukkan adanya perubahan negatif termasuk otot atrofi, penurunan massa tulang, penglihatan yang memburuk,  dan flora bakteri yang berubah di usus.

Dan kini peneliti kembali mengungkap jika menghabiskan waktu lama di luar angkasa ternyata bisa menyebabkan kerusakan otak.

Hal tersebut ditunjukkan lewat penelitian yang dilakukan terhadap lima kosmonot Rusia yang pernah tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Mengutip Science Daily, Rabu (13/10/2021) dalam studi yang dipublikasikan dalan jurnal JAMA Neurology ini peneliti mengambil sampel darah dari para kosmonot 20 hari sebelum keberangkatan mereka ke ISS.

Para kosmonot ini rata-rata tinggal di luar angkasa selama 169 hari atau sekitar lima setengah bulan. Usia kosmonot rata-rata 49 tahun.

Setelah mereka kembali ke Bumi, sampel darah lanjutan diambil pada tiga kesempatan, yakni satu hari, satu minggu, dan sekitar tiga minggu setelah mendarat.

Selanjutnya lima biomarker untuk kerusakan otak dianalisis. Mereka adalah neurofilament light (NFL), glial fibrillary acid protein (GFAP), total tau (T-tau), dan dua protein beta amiloid.

Untuk tiga biomarker yaitu NFL, GFAP, dan protein beta amiloid ternyata konsentrasinya meningkat secara signifikan setelah kunjungan luar angkasa.

Perubahan juga terlihat pada pencitraan resonansi magnetik (MRI) otak setelah perjalanan luar angkasa.

"Ini adalah pertama kalinya bukti nyata kerusakan sel otak didokumentasikan dalam tes darah setelah penerbangan luar angkasa. Ini harus dieksplorasi dan dilakukan pencegahan jika suatu saat perjalanan luar angkasa menjadi lebih umum di masa depan," kata Henrik Zetterberg, salah satu penulis studi ini.

Lebih lanjut, peneliti menyebut jika perlu studi lebih lanjut untuk mencari tahu mengapa kerusakan itu muncul.

Apakah karena lingkungan yang tak bergravitasi, perubahan cairan otak, atau stresor yang terkait dengan peluncuran dan pendaratan, atau disebabkan oleh hal lain?

Zetterberg pun saat ini sedang mendiskusikan studi lanjutan dengan rekan peneliti lain, serta lembaga penelitian antariksa nasional dan internasional.

"Jika kami dapat memilah apa yang menyebabkan kerusakan otak, biomarker yang kami kembangkan dapat membantu menemukan cara terbaik untuk mengatasi masalah tersebut," papar Zetterberg.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/13/180100623/studi-ungkap-lama-tinggal-di-luar-angkasa-sebabkan-kerusakan-otak-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke