Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Gurun Sahara Sangat Dingin di Malam Hari?

KOMPAS.com- Suhu udara di Gurun Sahara bisa tiba-tiba menjadi dingin dalam semalam. Suhu gurun yang berada di Afrika Utara ini, dapat turun rata-rata hingga 75 derajat Fahrenheit atau sekitar 42 derajat Celsius dalam semalam.

Lantas, apa yang penyebab penurunan suhu yang dramatis di Gurun Sahara yang gersang ini?

Badan antariksa nasional Amerika Serikat (NASA), menjelaskan penurunan suhu terjadi di Sahara bisa anjlok begitu matahari terbenam. Dari rata-rata suhu tinggi 38 derajat Celcius pada siang hari menjadi rata-rata rendah minus 4 derajat Celcius pada malam hari.

Dilansir Live Science, Senin (22/2/2021), ada alasan mengapa gurun yang gersang dan memiliki daerah kering yang menutupi sekitar 35 persen daratan Bumi itu menjadi sangat panas, dan kemudian tiba-tiba menjadi sangat dingin.

Penyebab perubahan suhu secara drastis adalah kombinasi dari dua faktor utama yaitu pasir dan kelembaban, yang membuat suhu di Gurun Sahara dapat sangat dingin pada malam hari. Tidak seperti termos, pasir tidak menahan panas dengan baik.

Menurut laporan tahun 2008 dari Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California, ketika panas dan cahaya matahari menghantam gurun pasir, butiran pasir di lapisan atas gurun menyerap dan juga melepaskan panas kembali ke udara.

Pada siang hari, radiasi pasir dari energi matahari memanaskan udara dan menyebabkan suhu naik dan menjadi sangat panas. 

Namun, pada malam hari sebagian besar panas di pasir dengan cepat menyebar ke udara dan tidak ada sinar matahari untuk memanaskannya kembali, membuat pasir dan sekitarnya menjadi lebih dingin dari sebelumnya.

Kendati demikian, fenomena ini saja tidak menyebabkan penurunan suhu yang drastis. Alasan utama terjadinya perubahan suhu yang drastis seperti di Gurun Sahara yang membuat suhu di malam hari sangat dingin ini adalah karena udara gurun sangat kering.

Di gurun kering seperti Gurun Sahara dan Gurun Atacama di Chili, kelembapan jumlah uap air di udara praktis nol, dan tidak seperti pasir, air memiliki kapasitas besar untuk menyimpan panas.

Uap air di udara memerangkap panas di dekat tanah seperti selimut raksasa yang tak terlihat dan menghentikannya menghilang ke atmosfer. 

Udara dengan kelembaban tinggi juga membutuhkan lebih banyak energi untuk bisa memanas, yang berarti juga membutuhkan lebih banyak waktu untuk menghilangkan energi tersebut dan untuk mendinginkan lingkungan.

Oleh karena itu, kurangnya kelembapan di gurun memungkinkan tempat-tempat gersang ini cepat panas tetapi juga cepat mendingin.

Hewan beradaptasi dengan cuaca ekstrem 

Kendati terjadi perubahan suhu yang cepat, hewan gurun dapat beradaptasi dengan baik untuk perubahan suhu atau cuaca ekstrem di gurun.

"Ini cenderung menjadi masalah yang relatif kecil bagi mereka," kata Dale DeNardo, ahli fisiologi lingkungan di Arizona State University yang mengkhususkan diri pada hewan gurun.

"Tantangan yang lebih besar bagi mereka adalah mendapatkan cukup makanan dan air untuk bertahan hidup," lanjutnya.

Reptil, kelompok hewan yang paling melimpah dan beragam di lingkungan gurun, beradaptasi dengan baik terhadap variasi suhu yang ekstrem.

Sebab, reptil adalah hewan berdarah dingin, atau ektoterm, yang berarti mereka tidak perlu menginvestasikan energi untuk menjaga suhu tubuh yang konstan.

Banyak reptil juga mendapat manfaat dari ukurannya yang kecil, yang memungkinkan mereka menemukan sudut teduh di siang hari atau bebatuan yang lebih hangat di malam hari. 

Tanaman, di sisi lain, lebih rentan terhadap suhu ekstrem.

"Mereka menghadapi tantangan yang jauh lebih besar karena mereka tidak bisa bergerak," kata DeNardo.

Itulah mengapa tanaman gurun yang ikonik, seperti kaktus, telah mengembangkan berbagai pertahanan, seperti paku dan racun, untuk melindungi air berharga mereka dari predator. 

Namun, suhu beku di malam hari dapat mematikan bagi tanaman karena air membeku dan mengembang di dalam jaringannya, yang dapat menyebabkan kerusakan permanen.

Oleh karena itu, tanaman hanya tumbuh di daerah yang suhu udaranya tidak turun di bawah titik beku selama lebih dari beberapa jam setiap malam, yang dikenal sebagai garis beku.

Para peneliti masih mencari tahu bagaimana perubahan iklim dapat mempengaruhi tempat-tempat kering dan organisme, tapi DeNardo berpendapat bahwa untuk sebagian besar gurun, tidak hanya Gurun Sahara, dapat diperkirakan kenaikan suhu rata-rata mencapai 1,7 derajat sampai 2,2 derajat Celcius.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/02/26/170300923/mengapa-gurun-sahara-sangat-dingin-di-malam-hari-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke