Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Aspirin Obat Sakit Kepala Sepanjang Abad

KOMPAS.com - Sakit kepala, nyeri atau demam, biasanya obat darurat di rumah yang biasa tersedia di kotak obat, pasti salah satunya adalah aspirin. 

Ternyata, aspirin merupakan obat yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu dan dijuluki sebagai 'obat ajaib'. Akan tetapi, para ilmuwan baru mengungkap rahasia kimia dalam kandungan obat ini pada tahun 1970-an.

Aspirin adalah turunan sintetis dari zat alami asam salisilat, yakni komponen utama dari ekstrak herbal yang ditemukan pada kulit pohon, termasuk pohon willow, serta pada buah-buahan, biji-bijian, dan sayuran.

Dengan demikian, seperti dilansir dari Science History Institute, Selasa (13/10/2020), asam salisilat telah sejak lama menjadi komponen umum dalam makanan manusia, dan berfungsi sebagai pertahanan alami terhadap penyakit yang dianggap umum saat ini.

Menurut catatan sejarah yang ada, penggunaan salisilat pertama kali dimulai pada 4.000 tahun yang lalu, yakni sejak bangsa Sumeria.

Bangsa ini meninggalkan catatan tentang pengobatan nyeri dari pohon willow pada papan yang terbuat dari tanah liat.

Peradaban kuno di Mesopotamia juga tercatat menggunakan ekstrak dari pohon willow untuk mengobati demam, nyeri, sakit kepala dan peradangan.

Bahkan, sejak 2000 tahun lalu, peradaban China dan Yunani telah menggunakan kulit pohon willow untuk keperluan medis. Orang-orang China juga menggunakannya untuk mengobati demam rematik, pilek, pendarahan dan gondok.

Sebuah laporan penting tentang penggunaan asam salisilat dicatatatkan bapak kedokteran modern, Hippocrates (460-370 SM).

Kulit pohon willow diberikan pada pasien yang menderita demam dan nyeri, dengan cara meminta pasien untuk mengunyahnya.

Sekitar 100 M, dokter Yunani Dioscorides juga meresepkan kulit pohon willow sebagai agen anti-inflamasi.

Zat anti nyeri atau pereda nyeri ini, terus berkembang di sepanjang abad. Pada awal abad ke-19, penyelidikan terhadap zat kimia pada kulit pohon willow ini para ilmuwan mulai melakukan studi secara klinis.

Pada tahun 1900 menjadi awal munculnya aspirin dalam bentuk tablet. Momentum ini mendorong berbagai kemudahan penggunaan obat pereda nyeri tersebut secara cepat dan mendapat pengakuan dari kalangan profesional.

Sebenarnya pada zaman itu ada turunan baru asam salisilat yang menimbulkan kontroversi. Terdapat perbedaan pendapat mengenai potensi manfaat asam asetilsalisilat, yang pada akhirnya akan menjadi perselisihan.

Namun, penggunaan obat aspirin secara berkepanjangan memberikan berbagai masalah kesehatan. Di antaranya menyebabkan iritasi saluran cerna, yang selanjutnya dapat menyebabkan mual, muntah, pendarahan, dan bisul.

Aspirin memang mewakili salah satu agen farmasi tertua umat manusia  dan penemuan terbesar dalam dunia farmasi. Hingga kini obat tersebut masih menjadi terapi andalan untuk berbagai indikasi. 

Kendati demikian, sama seperti pada semua jenis obat, aspirin bisa menjadi racun pada dosis tinggi, jika dikonsumsi lebih dari 150 mg per kg berat badan, tetapi manfaat aspirin jelas lebih besar daripada risikonya.

Kita mungkin menganggap aspirin sebagai “obat ajaib” yang sebenarnya, karena telah terbukti bermanfaat dalam pengobatan berbagai kondisi selain sakit kepala, demam dan nyeri, tetapi termasuk pencegahan penyakit arteri koroner, serangan jantung, dan stroke.

Studi baru menunjukkan bahwa aspirin juga dapat membatasi laju pertumbuhan dan terjadinya jenis kanker tertentu, termasuk prostat, usus besar, pankreas, dan kanker paru-paru.

Sementara obat baru akan terus mengobati penyakit ini dan penyakit lainnya, aspirin akan selalu memegang peranan penting dalam sejarah agen farmasi.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/10/14/090200223/aspirin-obat-sakit-kepala-sepanjang-abad

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke