Parapuan.co - Kasus gagal ginjal akut pada anak sempat menghebohkan publik dan membuat para orang tua khawatir.
Kasus ini pertama kali muncul pada akhir tahun 2022 lalu dan langsung menggemparkan masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia.
Ratusan anak dikabarkan menjadi korban banhkan hingga ada yang meregang nyawa.
Baru-baru ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan adanya kasus baru gagal ginjal akut (acute kidney injury/AKI).
Laporan ini merupakan penambahan kasus setelah tidak adanya kasus baru sejak awal Desember tahun lalu.
Kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DG) pada obat sirup yang melebihi ambang batas pada obat ditengarai menjadi penyebabnya.
Etilen glikol (EG) dan Dietilen glikol (DEG) disebut sangat berbahaya karena mengancam ratusan nyawa, terutama anak -anak di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) menyebut masyarakat lebih bijak memilih kemasan pangan yang aman.
Apalagi, zat kimia tersebut bukan hanya digunakan sebagai pelarut obat batuk, melainkan ada dalam kemasan makanan seperti plastik sekali pakai dalam air minum kemasan botol dan galon.
Baca Juga: Apa Bahaya BPA dalam Air Minum Kemasan? Ahli Sebut Penyakit Ini
Berdasarkan siaran pers yang PARAPUAN terima pada Senin (6/2/2023), EG dan DEG bisa terlepas ke dalam produk dan hal tersebut akhirnya membahayakan.
Pengurus PDUI, Dr. Catherine Tjahjadi menyebutkan “EG dan DEG ini harusnya bahan kimia yang ada di industri sebagai antibeku dan lain-lain, tapi ternyata ada juga di kemasan segala macam."
Menurutnya, banyak pedagang yang menjual kemasan-kemasan ini dengan meletakkannya di bawah sinar matahari langsung.
"Perlakuan tidak benar seperti ini (menjemur di bawah sinar matahari) yang bisa membuat EG dan DEG itu terlepas dari kemasannya ke produknya,” tukas Dr. Catherine.
Oleh karena itu, PDUI meminta masyarakat lebih bijak dalam memilih kemasan makanan.
“Masyarakat harus jeli dan meningkatkan kesadaran mereka, dimulai dari keluarga untuk lebih aware dengan kemasan-kemasan yang mengandung bahan kimia ini,” ucapnya.
Mengapa EG dan DEG Berbahaya?
Masih dari siaran pers yang sama, Dr. Catherine menyebutkan bahwa EG dan DEG merupakan zat yang tidak berwarna dan tidak berbau tapi rasanya manis.
Baca Juga: Mengenal Fomepizole, Obat Injeksi yang Digunakan untuk Penanganan Gangguan Ginjal Akut pada Anak
Rasa manis membuat banyak yang mengira bahwa itu adalah rasa minumannya. Padahal, EG dan DEG sangat mungkin menumpuk di tubuh dan mengganggu kesehatan.
Menurut Dr. Catherine, EG dan DEG bisa membahayakan kesehatan anak-anak karena zat-zat kimia ini sangat mengganggu keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh.
EG dan DEG di dalam tubuh akan membentuk senyawa glycolic acid atau asam glikolat yang mengganggu keseimbangan asam basa dalam tubuh si anak.
Pada akhirnya, anak mungkin mengalami asidosis metabolik atau ketidakseimbangan asam dan basa dalam tubuh.
Selanjutnya, asam glikolat yang terbentuk juga akan diubah menjadi oksalat.
“Oksalat ini kemudian berikatan dengan kalsium membentuk kalsium oksalat. Apabila jumlahnya banyak dan menumpuk, bisa bikin gangguan dari organ tubuh di otak, paru-paru, ginjal, dan sebagainya,” imbuh Dr. Catherine.
Dengan kata lain, EG dan DEG tidak hanya menyebabkan gangguan ginjal saja, tapi juga syaraf dan paru-paru.
Keracunan EG dan DEG sama seperti keracunan etanol, lho. Ciri-ciri yang ditimbulkan antara lain mengantuk, linglung, gelisah, bicara melantur, dan disorientasi seperti orang mabuk.
Orang yang sudah terkontaminasi EG dan DEG biasanya mudah lelah saat berlari, napas pendek, dan sesak napas.
Baca Juga: Acha Septriasa Berjuang Hidup dengan Satu Ginjal, Ini Penyebab Seseorang Hanya Miliki 1 Ginjal
Perubahan tekanan darah dan denyut jantung yang tak beraturan membuat penderita mungkin mual, muntah, kencingnya berkurang dan tidak bisa buang air kecil.
Bahaya EG dan DEG membuat PDUI melakukan edukasi kepada setiap pasien yang berobat ke dokter atau datang ke posyandu.
Edukasi juga dilakukan di lingkungan sekolah agar guru-guru lebih paham soal zat-zat kimia berbahaya yang ada dalam pangan dan kemasan pangan.
“Jadi, seharusnya guru-guru di sekolah-sekolah juga dibekali mengenai bahaya dari EG dan DEG. Karena anak-anak kan biasanya lebih dengar apa yang disampaikan guru-guru mereka ketimbang orang tua yang ngomong. Jadi harus dimulai dari eduksi yang kecil-kecil seperti itu,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Komisi Nasional Anak (Komnas Anak), Arist Merdeka Sirait meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan peringatan berupa pelabelan ‘berpotensi mengandung etilen glikol’ terhadap kemasan-kemasan pangan berbahan EG dan DEG ini.
Banyak kemasan makanan bahkan galon yang mengandung zat berbahaya dan diharapkan peringatan tersebut membuat kita bermigrasi.
Arist menegaskan Komnas Anak sangat konsen terhadap air minum atau makanan yang berbahaya bagi anak-anak seperti halnya etilen glikol yang disebutkan bisa mengakibatkan gagal ginjal.
“Kami sangat prihatin terhadap kondisi anak-anak di Indonesia yang saat ini banyak yang menderita gagal ginjal,” ujarnya.
Terkait EG dan DEG akan terus dikampanyekan bahayanya kepada masyarakat, termasuk peringatan apabila ada kemasan dengan dua zat kimia tersebut.
Baca Juga: 7 Rutinitas yang Bantu Jaga Kesehatan Ginjal, Salah Satunya Aktif Bergerak
(*)