Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Eng. Alfian Akbar Gozali
Dosen & Manajer Pengembangan Produk TI Telkom University

Dosen Telkom University, Penulis Buku Kecerdasan Generatif Artifisial

Nada Sumbang Musisi di Tengah Harmoni Generatif AI

Kompas.com - 04/04/2024, 12:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di sisi lain, sejumlah pihak melihat AI sebagai alat yang dapat meningkatkan, bukan menggantikan kreativitas manusia.

Dalam proses brainstorming, misalnya, AI dapat memberikan ide-ide baru yang kemudian dapat dikembangkan oleh seniman dengan sentuhan unik mereka sendiri.

Ini menawarkan peluang untuk mengatasi writer's block, menciptakan nada dan gaya yang unik, bahkan mengisi kesenjangan keahlian seperti dalam pembuatan album art atau generasi vokal.

Namun, memelihara keseimbangan antara inovasi dan integritas artistik menjadi tantangan. Keterlibatan AI dalam penciptaan musik menimbulkan dilema tentang pengaruhnya terhadap keaslian dan kedalaman emosional musik yang dihasilkan.

Ini menuntut perenungan mendalam tentang esensi kreativitas dan resonansi emosional yang inheren dalam ekspresi manusia.

Dalam dunia di mana mesin mampu menciptakan karya yang dapat bersaing dengan hasil karya manusia, pencipta kini berhadapan dengan dilema seputar hak atas karya yang dihasilkan oleh AI.

Isu penggunaan yang adil menjadi semakin rumit, memicu debat panas mengenai batasan antara inovasi teknologi dan penghormatan terhadap tradisi kreatif manusia.

Pertanyaan tentang siapa yang memegang hak cipta—apakah pencipta AI atau pengembang teknologi—menjadi semakin penting dan mendesak.

Dari sisi etika dan hukum, terdapat dua masalah utama: masalah input dan hak cipta serta masalah output dan hak cipta.

Pertama, penggunaan data kreatif untuk melatih model AI menimbulkan keraguan tentang siapa yang sebenarnya memiliki hak cipta atas data tersebut.

Apakah pengembang AI berhak menggunakan karya seni, musik, atau teks tanpa persetujuan eksplisit dari pencipta aslinya?

Kedua, ketika AI menghasilkan karya yang mirip dengan karya manusia, muncul pertanyaan tentang pelanggaran hak cipta dan siapa yang memiliki hak atas output tersebut.

Menghadapi era baru ini, penting bagi komunitas kreatif, pembuat kebijakan, dan pengembang teknologi untuk berkolaborasi dalam menciptakan kerangka kerja hukum dan etis yang mendukung penggunaan AI bertanggung jawab.

Hal ini penting untuk memastikan bahwa hak cipta dan kepentingan musisi dilindungi, sambil memelihara ruang untuk inovasi dan eksplorasi artistik yang AI bawa.

Pada akhirnya, AI generatif menawarkan potensi yang belum tergali untuk memperkaya landskap musik dan seni.

Dengan pendekatan tepat, bisa jadi bukan tentang memilih antara kreativitas manusia dan inovasi teknologi, melainkan tentang bagaimana keduanya dapat berkolaborasi untuk menciptakan harmoni baru yang menghormati dan memperluas batas-batas ekspresi kreatif.

Kesuksesan dalam mengatasi tantangan ini akan menandai dimulainya era di mana musisi dan AI dapat bersama-sama menyusun simfoni masa depan yang melodi dan harmoninya memperkaya dunia seni dan musik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com