Dengan mengamen, Sandhy memperoleh hasil yang cukup menggiurkan.
Per jamnya, ia bisa memperoleh 25 Euro atau setara dengan Rp 250.000.
Sandhy mengamen di Berlin selama 13 tahun.
Karena suaranya bagus dan berkarakter, Sandhy kerap kali diajak tampil di bar serta bertemu dengan orang-orang yang tentunya jauh lebih berkelas.
Baca juga: Sandhy Sondoro Punya Proyek Bareng Narji, Apa Itu?
Koneksi yang kian luas membuat Sandhy dipercaya untuk menjadi headliner di beberapa festival musik Jerman, termasuk Bode Museum Isle Festival.
Pada 2007, ia memberanikan diri untuk ikut di ajang kompetisi bernyanyi serupa American Idol di Jerman.
Meski hanya berhasil menembus lima besar, nama Sandhy sudah terlanjur tersohor.
Baca juga: Sandhy Sondoro: Glenn Fredly Tak Tergantikan di Trio Lestari
Karena semakin sering tampil di televisi, Sandhy mampu mempromosikan single buatannya sendiri yang bertajuk “Down on the Streets".
Setelah lagunya melambung tinggi, Sandhy memberanikan diri untuk merilis album perdana bertajuk Why Don't We (2008).
Bahkan dari sana, nama Sandhy sudah tak asing terdengar di dunia hiburan Eropa.
Baca juga: Lirik dan Chord Lagu End of the Rainbow dari Sandhy Sondoro
Kisah kesuksesan Sandhy juga sampai ke telinga penikmat musik jazz dan soul di Indonesia.
Dia kemudian melebarkan sayapnya untuk bernyanyi di Indonesia.
Dua lagu karyanya, “End of the Rainbow”dan “Malam Biru” masuk dalam album kompilasi Jazz in The City keluaran Sony Music.
Baca juga: Lirik dan Chord Lagu Ku Tak Mau Tergesa-gesa dari Sandhy Sondoro
Sandhy lalu merilis album perdana di Indonesia pada 2010.
Single “Malam Biru” menjadi hit andalan yang melambungkan namanya begitu tinggi di industri musik Indonesia.