Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Akademisi

Platform publikasi karya akademik dari akademisi Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk khalayak luas demi Indonesia yang semakin maju.

Selebritisasi dalam Siaran Langsung Lamaran Artis

Kompas.com - 16/03/2021, 08:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ke mana bergesernya bangsa ini?

Dari siaran langsung hajatan artis di Indonesia yang sudah berkali-kali terjadi, setidaknya kita bisa melihat ke mana arah zaman ini.

Melalui gejala selebritisasi, ke mana bangsa Indonesia sedang bergeser? Kira-kira beginilah jawabannya.

1. Demokratisasi popularitas

Andy Warhol sejak tahun 1968 sudah memprediksi bahwa suatu saat, setiap orang akan mampu menjadi terkenal di dunia hanya dalam 15 menit. Kini, prediksi itu benar.

Ada fenomena media sosial saat ini yang mempermudah akses orang untuk menaiki anak tangga popularitas secara instan. Seperti Atta Halilintar yang memiliki atribut khas, berupa prank atau ngerjain orang dan istilah "Ahsiap!" mampu merebut perhatian puluhan juta follower.

Di Indonesia, selebritas kini tidak lagi dilihat dari prestasi yang mereka buat, tetapi dari atribut apa yang bisa ia tawarkan bagi publik dan apakah ia bisa menarik atensi publik dengan cara apapun atau istilah sekarang, "Kulakukan apa pun demi konten."

2. Diversifikasi pasar

Indikator kedua zaman ini adalah adanya diversifikasi selebritas yang memenuhi supply and demand dari kebutuhan publik dan keterwakilan mereka.

Contohnya adalah Didi Kempot, yang bisa mewakili suara Jawa pinggiran. Ada pula Daniel Mananta, yang mewakili suara keturunan Tionghoa yang cinta Indonesia. Segmen pasar Indonesia menunjukkan adanya makin banyak keragaman.

Ini sebenarnya potensi bagi konten baru yang lebih positif. Jika konten positif bisa masuk ke pusaran supply and demand, ia akan dapat diterima oleh suatu jenis pasar yang menginginkannya. Misalnya konten komedi Standup oleh Trevor Noah yang menawarkan sudut pandang antarbudaya dan hubungan antarras.

Konten ini viral dan Trevor pun sukses di Amerika Serikat sebab selain bermutu, ia bisa mengkritik praktik sosial dengan cara yang jenaka.

3. Migrasi media

Migrasi ini adalah proses dimana selebritas, dengan menggunakan otonominya, berpindah dan mengembangkan aktivitas lain di media lain.

Migrasi ini bisa dilihat saat selebritas banyak yang merambah dunia bisnis kuliner seperti Ruben Onsu atau Ari Lasso yang mulai turun gunung membuat channel Youtube. Beberapa artis lain mulai membuka akun di TikTok.

Migrasi ini dilakukan untuk menjaga fan base mereka yang juga bermigrasi dari media satu ke media lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com