Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joko Anwar Bicara Industri Perfilman dan Prosedur Syuting di Masa New Normal

Kompas.com - 10/07/2020, 09:25 WIB
Revi C. Rantung,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

Dia memberikan penjelasan bahwa setiap kru atau pihak yang terlibat dalam proyek film akan menjalani rapid test hingga PCR test.

Tidak hanya sampai di situ, untuk memastikan semuanya aman, para kru dan pihak yang terlibat dianjurkan karantina diri terlebih dahulu.

“Makanya kita mau syuting di new normal, kita ada prosedur kesehatan, yang paling pasti tentunya ada tes, either rapid test atau PCR test, karantina setelah itu,” kata Joko Anwar

“Jadi memastikan setelah kita di-test menunjukkan aman. Setelah itu, tes sekali lagi. Lalu, kita syuting,” sambung Joko Anwar.

Usai menjalankan segala rangkaian itu, protokol kesehatan di lokasi syuting pun akan diterapkan, mulai dari penggunaan masker hingga jaga jarak.

“Tentunya pas syuting ada beberapa prosedur yang harus diikuti di lokasi syuting. Yang standard pakai masker, cuci tangan, physical distancing,” ujar Joko Anwar

Dari prosedur ini, Joko Anwar memastikan biaya produksi sebuah film juga nantinya bakal membengkak.

“Iya jadi mahal banget, either biaya produksi mahal banget atau syutingnya kita kurangi, kompromi di skenario atau potongan adegan atau disatukan,” ucap Joko Anwar.

Baca juga: Joko Anwar Jelaskan Prosedur Syuting di Masa New Normal

3. Tak percaya monopoli layar bioskop

Dalam perbincangan itu, Helmy Yahya turut menanyakan Joko Anwar soal monopoli layar bioskop yang dikuasai oleh segelintir pihak.

Namun, Joko Anwar mengatakan dia tak percaya dengan hal tersebut. Menurutnya, pihak bioskop sudah mulai terbuka.

“Saya enggak percaya dengan monopoli layar (bioskop) lagi ya, karena sekarang sudah terbuka, bahkan menurut saya bioskop sangat open semua film,” kata Joko Anwar.

Bahkan, Joko Anwar memberikan perbedaan cara pendistribusian sebuah film di luar negeri dan Indonesia.

“Jadi kalu kita lihat di luar negeri ya itu ada distributor. Jadi ada produser film, mereka tidak bisa langsung ke exhibitor (bioskop), tidak bisa langsung ke bioskop untuk minta film mereka diputar. Distributor sebagai penyaring, jadi film yang layak tayang di bioskop, mereka ambil untuk diditribusikan ke bioskop-bioskop,” tutur Joko Anwar.

“Nah di Indonesia yang terjadi, produser langsung ke exhibitor, jadi mereka langsung meminta film mereka diputar. Nah bioskop, karena mereka tidak mau dianggap tidak nasionalis, mereka itu memutar semua yang diproduksi film sejelek apapun. Jadi kalau ada yang bilang menguasai layar, saya enggak percaya itu sih,” sambung Joko Anwar.

Kalaupun ada film yang mendapatkan layar sedikit, Joko Anwar menilai film tersebut belum laku.

Joko Anwar menyebut ada faktor tertentu film yang mendapatkan banyak layar.

“Enggak ada itu, karena enggak laku. Film itu gini, ada pasarnya seberapa besar, film yang memiliki potensi penontonnya banyak dari segi genre elemen-elemen atraktif termasuk pembuatnya, pemainnya, temanya, ceritanya, sumber, baik dari novel, TV,” ucap Joko Anwar.

“Kemudian bikin assesment. Ini perusahaannya punya pengalaman untuk membikin promosi marketing atau enggak,” ujar Joko Anwar menambahkan.

Baca juga: Teka-teki Film Kesembilan Joko Anwar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com