Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Didi Kempot, Pemusik Daerah yang Merintis Karier di Ibu Kota...

Kompas.com - 10/06/2020, 10:37 WIB
Ady Prawira Riandi,
Andi Muttya Keteng Pangerang

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebelum dikenal luas dengan karya-karyanya, mendiang Didi Kempot melewati perjuangan yang tak mudah di belantika musik Indonesia.

Berawal dari menjadi pengamen di Lesehan Keprabon bersama teman-temannya, Didi Kempot akhirnya menginjakkan kaki di Jakarta.

1. Mengamen di Jakarta

Pada 1987, Riyan (salah satu sahabat Didi Kempot) bersama lima temannya mengajak Didi Kempot menjajal panasnya persaingan di ibu kota.

Baca juga: Sosok Didi Kempot di Mata Istri Pertama Sejak Masih Jadi Pengamen

Pelantun lagu "Stasiun Balapan" itu setuju dan akhirnya pindah ke Jakarta.

"Tahun 1987 memang sudah datang ke Jakarta itu kami satu komunitas di Solo," kata Riyan dalam acara Ngrasani Lord Didi Kempot yang tayang di Kompas TV.

Riyan mengajak Didi Kempot untuk berkumpul dengan teman-teman pengamen lain di daerah Slipi, Jakarta Barat.

Baca juga: Yuni Shara: Ternyata Almarhum Mas Didi Kempot Tidak Ingkar Janji

Selama berada di Jakarta, Didi Kempot memiliki kesempatan lebih luas untuk menjual lagu-lagunya ke label-label rekaman.

"Itu asalnya kita ajak ke Jakarta supaya beliau maju ke depannya," ucap Riyan.

Pengalaman mengamen Didi Kempot di Slipi juga sempat dibenarkan oleh salah satu sahabatnya, Untung Blangkon.

Baca juga: Tak Sempat Sepanggung dengan Didi Kempot, Yuni Shara Tinggalkan Kenangan Lewat Kapusan Janji

Untung pernah bercerita bahwa Didi Kempot sempat diawasi oleh kakaknya, Mamiek Prakoso, ketika pergi ke Jakarta untuk mengamen.

2. Awal mula meledaknya lagu Stasiun Balapan

Pada tahun 1999, Didi Kempot akhirnya bertemu dengan Pak Miming dari Indo Musik Semarang.

Sebagai seorang agen musik, Miming melihat karya-karya Didi Kempot sangat berbeda pada masa itu.

Baca juga: Mengenang Perjuangan Didi Kempot Dapatkan Istri Pertama

Tak heran jika dirinya berani menjual lagu-lagu dari Didi Kempot ke pasaran.

"Waktu itu lagu 'Stasiun Balapan'. Itu saya lihat dan saya putar, saya mikir, 'Kok, ini lagu lucu ya?' karena ada dadah-dadahnya," kata Pak Miming.

Miming lalu merekomendasikan agar bosnya membeli dan menjual karya-karya sang maestro campursari.

Baca juga: Penata Musik Jujuk Eksa: Didi Kempot Itu Memang Seorang yang Gigih

3. Produktivitas tinggi Didi Kempot

Satu hal paling diingat Miming dari Didi Kempot adalah produktivitasnya yang tinggi.

Selama bekerja bersama, Didi Kempot selalu membawa lagu-lagu baru ketika ke Semarang.

"Padahal lagu 'Stasiun Balapan' masih laku, dia sudah bawa lagi lagu baru," kenang Miming.

Baca juga: Cerita soal Didi Kempot Terima Kerjaan Rp 200 Juta, tapi Punya Ponsel Tetap Rp 200.000

Miming sempat merasa bersalah karena strategi pasar yang dilakukan saat itu kurang pas untuk melejitkan Didi Kempot.

Ketika itu, ia selalu menahan Didi Kempot untuk mengeluarkan lagu baru karena lagu-lagu lamanya masih dinikmati oleh masyarakat.

Berbeda dengan zaman dahulu, hukum pasar sekarang justru terus memaksa si artis untuk mengeluarkan karya-karya baru demi memuaskan hati para penggemarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com