Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Film Horor Indonesia: Dulu, Kini, dan Nanti

Untuk pertama kalinya, setelah puluhan tahun, jumlah penonton film Indonesia di atas jumlah penonton film asing dengan pangsa pasar 61 persen (film Indonesia) berbanding 39 persen (film asing).

Ini tentu saja perkembangan menarik. Bisa saja orang beranggapan fakta ini disebabkan tidak ada film asing yang menonjol setahun terakhir.

Asumsi ini terpatahkan karena tahun 2022 ada satu film superhero Marvel yang digadang-gadang sebagai film box office, yaitu Doctor Strange in the Multiverse Madness, yang tampil di bioskop tanah air.

Meskipun beredar prediksi bahwa film inilah yang akan merajai bioskop di Indonesia, tetapi pada kenyatannya, jumlah penonton salah satu film Indonesia, yaitu KKN di Desa Penari, berhasil mengalahkan film tersebut.

Dari sana kita bisa berbangga hati dan mengatakan bahwa film Indonesia saat ini telah naik kelas dan menjadi ruan rumah di negeri sendiri.

Film-film seperti apa yang membuat penonton datang ke bioskop? Ternyata, dari 10 film terlaris pada 2022, setengahnya merupakan film horor dan sisanya film komedi serta romansa. Bahkan, dua posisi teratas dalam daftar tersebut diduduki film horor.

10 Film terlaris di Indonesia tahun 2022

  • KKN di Desa Penari: 9.233.847
  • Pengabdi Setan 2: Communion: 6.390.970
  • Miracle in Cell No 7: 5.852.916
  • Ngeri-ngeri Sedap: 2.886.121
  • Ivanna: 2.793.775
  • Sayap-Sayap Patah: 2.426.084
  • Mencuri Raden Saleh: 2.350.741
  • Kukira Kau Rumah: 2.220.180
  • The Doll: 3 1.764.077
  • Qodrat: 1.751.233

Genre film horor sudah sejak lama berkembang pesat di Indonesia. “Horor dan Seks” merupakan formula jaminan lakunya film tahun 1970 hingga 1980-an.

Era saat itu dipuncaki film-film yang dibintangi ratu film horor Indonesia, yaitu Suzanna. Contohnya film Beranak Dalam Kubur (1971) yang berhasil menarik sekitar 350.000 penonton.

Film ini kemudian mengilhami kemunculan 22 film horor lainnya di Indonesia pada saat itu. Rekor ini bertahan selama 10 tahun, sebelum akhirnya tumbang oleh film Nyi Blorong dengan jumlah penonton 355.000 tahun 1982.

Suatu prestasi yang luar biasa! Ini menunjukkan bahwa penonton Indonesia sebetulnya menyukai genre ini.

Pada era tersebut, film bergenre horor yang diramu dengan bumbu “paha dan dada” merajalalela di bioskop Indonesia.

Namun film-film semacam ini hanya beredar di bioskop pinggiran kota dan daerah dengan penonton masyarakat kelas bawah.

Alur cerita film yang cetek, ditambah pengerjaannya yang tidak serius, bahkan berkesan asal-asalan, membuat film-film seperti itu tidak diterima di bioskop-bioskop perkotaan dengan penonton kalangan menengah atas.

Di luar masalah kualitas, harus diakui, ketika dunia perfilman Indonesia sedang terpuruk, genre inilah yang menjadi penyelamat kehidupan industri film.

Sementara itu, bioskop di perkotaan diisi film-film impor dan beberapa film lokal bergenre romansa. Film-film impor (baca: Hollywood) mendominasi layar, sementara film lokal hanya tayang dalam beberapa hari karena sepi penonton.

Dalam perjalanannya, beberapa film horor yang dikemas dengan cara berbeda muncul dan berhasil mencuri perhatian penonton di kalangan menengah atas, misalnya Jailangkung (2001) dan Suster Ngesot (2007).

Film-film ini disutradarai oleh kalangan sutradara yang berbeda dengan penggarap film horor era 1970 hingga 1980-an.

Ditargetkan untuk penonton kalangan menengah atas, pemillihan para artis dan aktornya disesuaikan. Demikian pula cerita, sinematografi, dan unsur-unsur film lainnya.

Dan puncaknya adalah film Pengabdi Setan (2017), disutradarai oleh Joko Anwar yang berhasil menembus angka 4,2 Juta penonton.

Film ini mematahkan anggapan bahwa tak banyak kalangan menengah atas yang menonton film bergenre horor.

Ternyata, kuncinya adalah kualitas, bukan “horor”-nya. Jika digarap dengan baik, film horor akan bisa menarik hati kalangan atas yang notabene sedikit picky dalam memilih film.

Tidak heran jika film epik beserta sekuelnya ini berhasil menduduki posisi 2 dan 3 sebagai film horor paling laris sepanjang masa di Indonesia.

10 Film horor terlaris di Indonesia sepanjang masa

  • KKN di Desa Penari: 9.233.847
  • Pengabdi Setan 2: Communion: 6.390.970
  • Pengabdi Setan: 4.206.103
  • Suzzana: Bernapas dalam Kubur: 3.346.185
  • Ivanna: 2.793.775
  • Danur: I Can See Ghosts: 2.736.391
  • Danur 2: Maddah: 2.572.871
  • Danur 3: Sunyaruri: 2.416.691
  • Perempuan Tanah Jahanam: 1.795.068
  • The doll 3: 1.764.077

Sejak itu, para produser film nasional percaya diri untuk membuat film horor. Maka lahirlah Jailangkung 2 dan Suzzanna: Bernapas dalam Kubur, re-make dari Beranak dalam Kubur yang berhasil mengumpulkan lebih dari 1 juta penonton tahun 2019.

Selain itu, ada juga film-film dalam Danur Universe hasil besutan novelis dan Youtuber mistis terkenal Risa Saraswati yang berhasil memikat lebih dari 2 juta penonton untuk setiap filmnya.

Puncaknya, film KKN di Desa Penari berhasil merajai daftar film paling laris di Indonesia dengan penonton sebanyak 9,2 juta.

Ciri khas film Indonesia

Menarik apa yang disampaikan Menteri Parisiwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, bahwa bisa saja film horor berkembang menjadi kekhasan film Indonesia.

Alasannya karena banyak film horor dibuat dan digemari oleh penonton Indonesia. Soal kualitas, tak kalah dengan film-film asing. Terbukti beberapa penghargaan internasional yang pernah “digondol” sineas Indonesia.

Bahkan, menurut dia, genre film ini akan bisa membuat Indonesia mampu bersaing di kancah internasional karena memiliki kesan horor yang bukan main seramnya.

Amerika memiliki film-film superhero yang menjadi salah satu genre film kebanggan negaranya. Siapa tidak kenal Superman yang dibuat hingga 6 sekuel, Batman 10 sekuel, Iron Man 3 sekuel, Hulk 3 sekuel, dan Spiderman 8 sekuel.

Semua film-film superhero beserta sekuelnya sukses penjualannya dan menjadi film-film top box office, baik di negara asalnya maupun di berbagai negara lain.

Sementara industri film Bollywood di India terkenal dengan film romansa yang diisi dengan tari-tarian yang menjadi ciri khasnya.

Film-film Bollywod juga diekspor ke berbagai negara dan mendulang dollar. Bintang-bintang Bollywood seperti Shah Rukh Khan, Kajol dan Salman Khan dikenal tidak hanya di India, tapi juga di Asia selatan dan tenggara dan juga kawasan lain.

Lalu Korea Selatan. Industri negeri ginseng ini menggeliat dalam 20 tahun terakhir. Drama Endless Love membuka jalan ketenaran drama korea tahun 2001.

Dengan alur cerita yang ringan berbumbu komedi dan juga romantisasi berlebihan di dalamnya membuat drama korea berhasil menyabet hati banyak remaja dan ibu-ibu muda Indonesia.

Hasilnya, drama Korea berhasil bertahan dan menjadi bagian dari kehidupan perempuan muda di Indonesia saat ini. Ketenarannya melampaui film series US yang cenderung bergenre thriller- genre yang notabene kurang digandrungi masyarakat Indonesia.

Nah, jika Indonesia membangun film horor sebagai ciri khas Indonesia, harus mempunyai keunikan tersendiri yang membedakannya dengan film horor di pasar internasional (Hollywood).

Soal cerita, para sineas Indonesia bisa mengeksplorasi cerita-cerita horor yang ada di setiap daerah di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, Indonesia kaya akan cerita mistis turun menurun yang melegenda.

Dari mulai Nyi Loro Kidul, Leak, Kuyang (hantu kepala dan jeroan manusia yang melayang dan memakan bayi), dan Anak Sima (hantu pemakan jantung manusia) yang berasal dari Kalimantan.

Nyai Loro Kidul dan Leak sudah pernah dibuat film lebih dari satu kali. Dengan angle dan detail cerita yang berbeda, tetap dapat dibuat seribu cerita yang berbeda-beda. Legenda hanya ide dasar cerita.

Tinggal bagaimana kreativitas penulis skenario mengembangkan detail cerita yang menarik.

Cerita urban legend perkotaan juga bisa diadaptasi menjadi film. Misalnya, selain Hantu Jeruk Purut (hantu pastor tanpa kepala yang berkeliaran di kuburan daerah Jeruk Purut Jakarta) yang sudah pernah dibuat film layar lebar, ada hantu Mr. Gepeng (hantu korban terjepit lift).

Atau hantu Noni-noni Belanda di berbagai gedung tua zaman Belanda yang ada di beberapa kota.

Ada juga sumber cerita lain berupa tempat mistis yang menjadi saksi bisu kejadian pembunuhan, bunuh diri atau orang hilang secara misterius.

Contohnya gua Jepang, Lawang Sewu, Gunung Kawi, Alas Purwo, hingga Alas Pati yang menyimpan kengerian dan kehororan cerita khas Indonesia.

Kekayaan budaya kasat mata ini bisa menjadi sumber ide cerita menarik, sehingga para sineas film tidak akan kehabisan ide cerita seperti yang terjadi di Hollywood. Belakangan ini mereka cenderung mengangkat cerita monster, zombie dan makhluk penghisap darah sebagai tokoh utamanya.

Selain cerita, unsur budaya dan lokasi yang khas Indonesia (baca: berbeda dengan film Hollywood), menambah keunikan film. Hasilnya, akan sangat menjanjikan untuk pasar internasional.

Cerita unik, budaya beragam, dan “tekstur” lokasi yang juga beragam, bisa menjadi “tambang intan” industri film Indonesia.

Jika “intan” ini diolah menjadi cerita yang menarik oleh penulis skenario dan dibuat menjadi film yang ngeri-ngeri keren oleh sutradara; hasilnya akan menjadi berlian di tengah lautan film asing.

Untuk bisa go international, tentu saja, syaratnya adalah kualitas. Soal kualitas, film horor Indonesia sudah terbukti mampu mencapai taraf internasional dengan keberhasilan meraih penghargaan di berbagai festifal film internasional.

Empat karya Joko Anwar-- Rumah Dara, Pintu Terlarang, Perempuan di Tanah Jahanam dan Pengabdi Setan-- berhasil menyabet penghargaan di kancah Internasional.

Sangatlah tepat jika Joko Anwar dinobatkan sebagai sutradara paling berprestasi di bidang perhororan.

Jika terus mempertahankan kualitas dan semakin banyak yang mengikuti jejaknya, tidak menutup kemungkinan, di masa depan film horor Indonesia akan diadaptasi oleh Hollywood.

Jika diambil oleh Holywood, maka kesempatan untuk bisa lebih popular dan mendulang lebih banyak uang akan semakin besar. Tawaran untuk berkolaborasi dan juga kesempatan mendapatkan modal dari investor asing bisa dipastikan juga akan semakin lebar.

Jalur penjualan

Teknologi membuka peluang. Demikian juga untuk pemasaran film. Selain menggunakan jalur-jalur tradisional (dijual ke distributor film dan TV), go international juga bisa melalui jalur TV kabel dan streaming.

Ini peluang yang bagus dan mudah serta dapat menjangkau lebih banyak massa, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia.

Pilihan pertama, TV kabel, sepertinya kurang efektif. Kurangnya fleksibilitas dalam waktu penayangan film membuat peminatnya semakin sepi.

Di masa kini, masyarakat lebih condong ke jalur streaming. Dengan biaya langganan yang hanya 1/6 dari TV kabel, penonton bisa menikmati film kapan pun tanpa tengkungkung jadwal tayang. Dan, tentu saja dibarengi dengan absennya iklan.

Sebut saja Netflix, platform streaming paling popular di Indonesia saat ini. Pada 2020, sekitar 196 film Indonesia sudah dapat diakses di platform ini. Tentu saja penikmatnya tidak hanya berasal dari Indonesia saja.

Melalui platform ini, masyarakat Indonesia bisa menikmati film asing dan sebaliknya. Dengan hanya bermodalkan handphone, kuota internet, dan biaya langganan per bulan, penonton kini dapat menikmati film kapanpun, di manapun dan dari manapun.

Pilihan lain ada Disney+ Hotstar, VIU, dan Iflix. Rumah produksi bisa memilih salah satu atau beberapa platform streaming internasional tersebut untuk memasarkan filmya.

Dalam memilih, penting untuk menyesuaikan ‘image’ platform dan genre film yang akan dipasarkan. Tiap platform punya ciri khas film yang ditampilkan. Kecocokan keduanya bisa memengaruhi jumlah penonton juga.

Untuk film horor, yang paling tepat adalah Netflix yang kontennya memang banyak berisikan horor, selain action dan romansa.

Peluang untuk go international akan semakin besar karena platform ini sangat digandrungi oleh orang Amerika yang suka “Netflix and Chill”. Terutama, mereka yang suka menonton film secara acak.

Disney+ Hotstar juga merupakan pilihan yang bagus. Platform yang bermula dari tayangan produksi Disney ini berkembang menjadi platform streaming yang menyajikan menu film beragam genre, termasuk horor.

Base penonton film horor di dalam negeri kuat sehingga secara komersial “aman”. Pemasaran ke pasar global pun terbuka. Nah, tunggu apalagi?

https://www.kompas.com/hype/read/2023/01/31/145245066/film-horor-indonesia-dulu-kini-dan-nanti

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke