Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Review Elvis: Karut-marut Kehidupan Raja Rock and Roll Elvis Presley

Seperti dalam The Great Gatsby, Luhrmann langsung tancap gas menguak kehidupan sang mega bintang dengan kecepatan penuh nyaris tanpa rem.

Penonton langsung disuguhi cerita singkat pertemuan awal Elvis (Austin Butler) dan manajernya yang legendaris, Kolonel Tom Parker (Tom Hanks).

Parker mengawali film ini dengan narasi bahwa dia tidak membunuh Elvis. Parker mengklaim dialah yang melahirkan Elvis menjadi seorang bintang besar Hollywood.

"Tak masalah jika Anda melakukan 10 kebodohan selama Anda melakukan satu tindakan cerdas," kata Parker.

Elvis Presley lahir dari sebuah keluarga kecil di Tupelo, Mississippi sebelum direlokasi ke Memphis, Tennessee di usia 13 tahun.

Elvis tinggal di pemukiman warga kulit hitam sehingga musik gospel dan blues sudah menjadi makanan sehari-harinya di masa kecil.

Bakat dan kemampuan Elvis sudah mulai terdengar saat dirinya masuk label rekaman Sun Records dan produser Sam Phillips.

Parker yang notabene hidup di dunia sirkus melihat Elvis sebagai talenta muda yang akan menjadi besar di tangannya.

Setelah menyaksikan penampilan perdana Elvis, Parker mengorbitkannya untuk menjadi musisi besar di label RCA.

Bagaikan roket, karier Elvis di dunia musik langsung melesat.

Pada masa itu, perpaduan ketampanan Elvis dengan musik dan goyangan khasnya di panggung sukses memikat anak-anak muda, terutama barisan perempuan.

Masalah pertama Elvis akhirnya datang ketika goyangannya mendapat kecaman karena dianggap mampu menyatukan warga kulit hitam di Amerika.

Elvis pun dicekal hingga tak boleh tampil di televisi sejak saat itu.

Di saat bersamaan, Parker mulai memutar otak agar asetnya itu bisa terus berkarya dan menghasilkan uang.

Karut-marut kehidupan Elvis Presley tergambarkan dengan jelas dengan gaya penuturan cepat Luhrmann.

Namun di satu sisi, Luhrmann juga terasa kurang kreatif karena membuat alur cerita naik-turun yang repetitif dengan masalah yang sama.

Parker ingin mencetak banyak uang, sedangkan Elvis menolaknya karena ingin berkarya dengan musik yang dicintainya.

Drama repetitif tentang perjalanan Elvis Presley ini tertolong oleh penampilana memukau Austin Butler.

Penampakannya sebagai Elvis semakin terasa nyata dengan bahasa tubuh yang nyaris sama.

Alih-alih menyoroti musikalitas Elvis Presley, Baz Luhrmann seperti setuju dengan anggapan Parker bahwa sang musisi hanyalah barang dagangan yang bisa menghasilkan banyak uang.

Sisi kemanusiaan dari seorang Elvis tak pernah benar-benar dieksplorasi oleh Luhrmann.

Sutradara asal Australia ini bahkan terasa gagal ketika mengeksekusi drama besar kehidupan Elvis saat ibunya meninggal atau ditinggalkan oleh istrinya.

Ia hanya menambahkan soundtrack menyedihkan dan berharap penonton bisa bersimpati terhadap naasnya kehidupan sang bintang.

Elvis akan mulai tayang di bioskop-bioskop di Indonesia pada 24 Juni 2022.

https://www.kompas.com/hype/read/2022/06/17/121001666/review-elvis-karut-marut-kehidupan-raja-rock-and-roll-elvis-presley

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke