Dua diantaranya adalah Battle Royale dan The Hunger Games.
Battle Royale bercerita tentang seorang siswa SMA diculik dan dipaksa untuk saling membunuh hingga tersisa satu.
Sementara The Hunger Games juga merupakan pertarungan sampai mati antara remaja dari distrik yang berbeda.
Meskipun sering dibandingkan, tiga judul itu tidak sepenuhnya sama.
Penulis Korea Cho Seungyeon menjelaskan secara rinci tentang apa yang membuat Squid Game berbeda dari dua film lainnya.
Pertama, premis Squid Game secara inheren unik. Alih-alih dipaksa untuk saling membunuh, para kontestan memainkan permainan yang terinspirasi oleh aktivitas masa kecil Korea Selatan.
Mereka hanya akan mati jika gagal menyelesaikannya.
"Ketika saya membandingkan (Squid Game) dengan mereka, saya merasa ini adalah film yang sama sekali berbeda," kata Cho.
"Pertama, tujuan Battle Royale dan The Hunger Games adalah untuk saling membunuh. Tapi itu tidak terjadi di Squid Game," lanjutnya.
Ada satu adegan di Episode 4 di mana para kontestan dipisahkan menjadi beberapa kelompok untuk saling membunuh, tetapi itu bukan permainan resmi.
Di sisi lain, karakter dalam kedua film beda negara itu harus bertahan hidup dengan membunuh orang lain untuk menang.
"Tentu saja, ada beberapa adegan di mana orang saling membunuh di malam hari untuk meningkatkan tingkat kemenangan mereka sendiri, dan ada beberapa kalimat yang mengatakan bahwa itu adalah permainan tersembunyi," ujar Cho.
"Namun dalam drama, dalam enam game yang disebutkan oleh organisasi tersebut, game resmi saling membunuh tidak ada," lanjutnya.
Selanjutnya tidak bisa dipungkiri Squid Game memiliki setting yang berbeda ketika tantangannya berlangsung.
Meskipun para kontestan juga berada di sebuah pulau, mereka tidak pernah diizinkan meninggalkan gedung tempat mereka dibawa.
Setiap permainan dimainkan di lingkungan baru yang dibuat oleh organisasi.
Dari taman bermain hingga area seperti karnaval, itu jauh berbeda dengan setting hutan dua film lainnya.
"Untuk Battle Royale atau Hunger Games, ceritanya berlangsung di tempat yang agak liar, bukan? Orang-orang di Battle Royale ditinggalkan di sebuah pulau dan mereka saling membunuh di hutan," ucap Cho.
"Dan di Hunger Games, mereka juga bersaing di hutan di mana sepertinya tidak ada jiwa yang hidup. Tapi lokasi syuting di Squid Game benar-benar berbeda," imbuh Cho.
Cho Seungyeon bahkan menunjukkan di beberapa titik, setnya sangat artifisial sehingga terlihat seperti produksi variety show.
Episode 6, misalnya, memiliki rumah tiruan yang mengingatkan pada rumah Korea yang lebih tua.
"Jadi dalam pengertian itu, arti dari seri ini sama sekali berbeda dari dua lainnya," kata Cho.
Squid Game memiliki aturan yang sangat unik di mana seluruh permainan dapat dihentikan jika mayoritas kontestan setuju, sesuatu yang benar-benar terjadi di episode dua.
Dua film lainnya, berlatar masyarakat dystopian di mana mereka tidak dapat memilih keluar dari permainan apa pun yang terjadi.
"Di Battle Royale, negara melakukan pertempuran dengan tujuan mengurangi jumlah pengangguran kaum muda," tutur Cho.
"Di The Hunger Games, orang-orang dari ibukota datang dan secara acak memilih orang untuk bersaing sehingga Katniss menjadi sukarelawan untuk bersaing, bukan saudara perempuannya," sambung Cho.
Aturan ini memberikan dimensi yang sama sekali baru pada drama Korea di mana subjek bebas ikut bermain.
Lagi pula, 187 dari 201 peserta kembali ke permainan, bahkan setelah diizinkan pergi.
"Sembilan puluh tiga persen orang kembali dengan sukarela. Di balik alasan mengapa mereka kembali adalah kisah pribadi mereka," ucap Cho menggambarkan Squid Game.
"Misalnya, ibunya sakit atau dia dikejar oleh geng. Jadi fakta bahwa mereka memiliki kisah pribadi adalah perbedaan yang sangat besar," lanjutnya.
https://www.kompas.com/hype/read/2021/10/09/213505366/sering-dibandingkan-3-hal-ini-membedakan-squid-games-dengan-the-hunger