Betah di Kampung Halaman, Eko Nugroho: Yogyakarta Itu Laboratorium Seni Rupa

Pelukis berusia 43 tahun itu menuturkan, suasana berkesenian di Yogyakarta sangat mendukungnya untuk terus berkembang.

Hal itu diungkap saat berbincang bersama Pemimpin Redaksi Kompas.com, Wisnu Nugroho, dalam program Beginu Season 2 Episode 10: Eko Nugroho, Seni Jalanan, Spons dan Filsafat Ember Bocor. 

"Yogyakarta itu unik, bukan sekadar geografis, suasananya itu di sini seni rupa. Yogya itu laboratorium seni rupa. Laboratorium kesenian itu di Yogyakarta," ujar Eko dikutip dari kanal YouTube Kompas.com, Selasa (4/5/2021).

Jika disuruh memilih, Eko dengan tegas tetap memilih Yogyakarta untuk tempatnya berkesenian dibandingkan Jakarta.

Namun, Eko tidak menutup kemungkinan untuk tampil di ibu kota.

"Ada banyak elemen yang bisa saya masukkan ke sini. Dan itu bisa juga saya distrbusikan nanti ke Jakarta. Itu sudah saya pikirkan. Jakarta itu profit yang akan saya kembangkan," lanjut Eko. 

Pelukis yang pernah berkolaborasi dengan brand Louis Vuitton ini mengaku tipe pribadi yang juga mudah beradaptasi.

"Tidak menutup saya akan pindah, di mana pun saya tinggal, saya akan jadi spons. Dengan gaya baru suasana baru atau apa pun, ya persepsi saya sebagai orang kampung enggak berubah," tutur Eko. 

Sebagai informasi, Eko pernah menjadi salah satu seniman jalanan Indonesia yang menggunakan mural sebagai cara untuk mengkritik situasi sosial, khususnya pada masa pasca-jatuhnya rezim Soeharto.

Namanya kian diperhitungkan di tingkat global ketika berpartisipasi pada Lyon Biennal (2009), 55th International Art Exhibition of the Venice Biennale (2013), dan melakukan kolaborasi bersama brand fashion internasional Louis Vuitton (2013).