Obituari "Icha Kur" Kurnia Sari Aziza: Orang Baik Pergi di Hari Baik...

TERPERANGAH. Tak percaya. Hanya dua ekspresi itu yang ada begitu membaca satu kabar lewat layanan pesan, menjelang waktu ashar, Jumat (31/7/2020).

Mbak Kur, atasan sekaligus teman kami telah meninggal dunia pada Jumat (31/7/2020). Kabar duka tiba-tiba saat kami sedang merayakan Idul Adha.

Nama resminya Kurnia Sari Aziza. Saya masih ingat pertemuan pertama dengan Mbak Kur justru bukan di kantor, melainkan di sebuah mal.

Maklum saja, intensitas kami sebagai wartawan lapangan jarang berjumpa di kantor, malah sering terjadi di tempat liputan.

Pada suatu Sabtu itu, 2015 kalau tak salah, saya dapat tugas meliput acara yang dihadiri artis Dude Harlino.

Muti, rekanku di Entertainment mengirim pesan. Dia bilang, “Tri, ada Icha (Mbak Kur) mau ke situ.”

Oh, rupanya Mbak Kur salah satu penggemar Dude. Pengakuannya, dia penggemar Dude sebelum menikah dengan artis Alyssa Soebandono.

Sedikit curhat sambil berguyon, Mbak Kur mengaku sempat “patah hati” dengan pernikahan Dude dan Alyssa.

Itu momen perjumpaan pertama kami.

Kami beda desk di Kompas.com. Waktu itu, Mbak Kur di Megapolitan, saya di Entertainment. Namun, sejak itu, saya jadi cukup mengenal sosoknya. Pribadi yang ramah dan baik.

Dibandingkan dengan Dude, Mba Kur sebenarnya lebih mengidolakan Sheila On 7. Paling mengidolakan, bahkan.

Pokoknya, apa pun bahasan atau acara yang menyangkut tentang band asal Yogyakarta itu, dia pasti amat antusias.

Dia juga pernah nimbrung ketika Entertainment bikin acara eksklusif bersama Sheila On 7.

Siapa nyana, kami lalu jadi satu desk, Hype. Saya jadi bawahannya. Sosok ramahnya tidak hilang.

Sisi baik yang saya bisa petik adalah Mbak Kur selalu memberi kesempatan dan kepercayaan.

Kalau ada yang salah, dia selalu mengingatkan dan membimbing. Tapi, dia juga selalu mengapresiasi hal-hal kecil.

Hal yang paling unik adalah pesan-pesan yang dia tulis di kertas lalu ditaruh di masing-masing meja anak Hype. Tujuannya, sebagai pengingat.

Di meja saya, misalnya, dia menuliskan, "Tri jangan lupa penugasan." Atau, "Tri jangan telat makan".

Memang Mbak Kur paling cerewet kalau soal makan apalagi ke Rintan, kawan di meja sebelah saya.

Ya, begitulah sosok unik Mbak Kur dalam perhatian-perhatian kecilnya.

Terakhir chat dengan Mbak Kur, kami membahas materi soal JEO musik dan film. Proyek yang sebentar lagi terselesaikan, Mbak.

Tak ada kata lain selain "Mbak Kur orang baik".

Terima kasih Mbak Kur atas semua kenangan dan ilmu yang kudapat sejauh ini.

Selamat jalan Mbak Kur...

Orang baik pergi di hari baik

Namanya Kurnia Sari Aziza, dipanggil Icha atau Ica. Bebas saja mana yang enak di jempol untuk pengetikannya.

Berhubung di kantor ada lebih dari satu orang dengan nama panggilan itu, yang belakangan muncul di kantor harus terima ada embel-embel tambahan untuk membedakan.

Jadilah, nama dia Icha Kur. Ada versi lain, tentu saja. Icha Balaikota, misalnya. Itu merujuk salah satu tempat penugasan yang pernah dia jalani selama di Kompas.com.

Obituari yang membuka tulisan ini datang dari Tri Susanto Setiawan. Seperti ceritanya, dia bertugas di kanal Entertainment dan Hype.

Namun, cerita soal Icha Kur memang tak melulu soal pekerjaan dan tempat penugasannya.

"Mbak, aku pulang duluan." Kalimat sederhana ini buat saya tak hanya sekali dua kali jadi kejutan menjelang tengah malam.

"Lho, Kur, dari tadi masih di meja?" Itu jadi jawaban yang sama saja tak sekali dua kali jadi jawaban saya tiap kali dia berpamitan.

Cara dia bekerja yang sedemikian fokus kerap membuat kehadirannya seolah hilang, menyatu dengan aura ruang kerja. Terlebih lagi, percakapan berulang seperti itu biasanya terjadi menjelang tengah malam. Tiba-tiba kaget sendiri ketika dia pamit.

Masih bagus kalau dia pulang bersamaan waktu dengan David Oliver Purba, saat ini bertugas di kanal Regional. Lebih bagus lagi kalau bisa bareng waktu dengan Sabrina Asril, kini pengampu kanal Megapolitan.

Yang lebih sering terjadi, urutan penyebutan di atas berlangsung dalam urutan terbalik. Dalam banyak waktu, ketiga orang ini sering jadi manusia-manusia terakhir yang meninggalkan kantor.

Saya kerap terkaget-kaget itu karena kebiasaan menumpang tidur di kantor dan merasa semua orang sudah pulang.

Namun, kekagetan karena Icha Kur ternyata tak berakhir di malam-malam selama kami masih bekerja dari kantor sebelum pandemi.

Jumat, bertepatan dengan Idul Adha 1432 H, belum memasuki waktu ashar, kabar kepergiannya memotong pembicaraan telepon saya dengan seorang kolega.

"Mbak, Icha Kur meninggal," kata sang kolega di telepon yang masih sempat mengecek pesan-pesan di layar ponselnya.

Begitu telepon ditutup, saya buka juga layanan pesan. Berentet pesan duka sudah memenuhi sejumlah grup percakapan yang saya ikuti. Betul, Icha Kur sudah berpulang.

"Lemas, Mba, aku...," tulis seorang kawan. Tangis tak bisa dia sembunyikan dari suara saat saya meneleponnya segera setelah itu.

Kami bisa jadi bukan kawan dekat apalagi kawan baik Icha Kur. Kami kebetulan saja satu kantor, satu pekerjaan.

Namun, sebagai sesama manusia, kami bersaksi bahwa Icha Kur adalah orang baik. Wajah yang selalu tersenyum saat menyapa terlebih dahulu atau menjawab sapa, adalah salah satu cirinya.

Selamat jalan, Kur...

Tidak neko-neko. Tidak pula dia tepuk dada meski kariernya adalah salah satu yang paling cemerlang di Kompas.com. Hingga dia berpulang, dia adalah kepala desk termuda di Kompas.com.

Bahkan, banyak pesan-pesan duka datang dari orang-orang yang kebetulan satu lokasi peliputan dengan dia, yang isinya pun menegaskan bahwa dia orang baik.

Suka tertawa. Iseng dan tengil. Asyik buat diajak main. Loyal. Punya komitmen. Bertanggung jawab. Serius menjalankan penugasan dan tuntutan pengembangan produk perusahaan. Penggemar nomor satu Sheila On 7, itu tentu saja.

Soal tengil, Sabrina punya sepenggal cerita. Dengan segala gestur dan ekspresinya, Icha Kur bisa meyakinkan banyak orang, termasuk Sabrina, bahwa bakpia dengan merek seperti namanya memang usaha milik keluarga dia. Tanpa banyak kata.

"Bahkan waktu sepupuku bilang mau bakpia itu, aku masih sempat jawab itu yang punya temanku," cerita Sabrina di tengah suasana duka, Jumat.

Jelas, itu jadi prank sukses. Senyum-senyum saja anaknya begitu tahu kejadian ini, begitu pula kawan-kawan dekat Icha Kur.

Semua potongan cerita dan kenangan ini mendadak muncul ke permukaan sejak Jumat petang. Tak terhitung Instastory dan Facebook Stories memuat potongan-potongan percakapan dengan Icha Kur. Foto-foto kebersamaan dan momentum menyertai.

Seorang Abba Gabrillin yang tampak pendiam pun punya kenangan khusus soal kebaikan Icha Kur. Untuk urusan kelebihan tiket konser, Abba bilang bahwa Icha Kur tak pernah lupa memasukkan namanya sebagai yang kudu ditawari.

Roderick Adrian Mozes pun mengaku mengingat Icha Kur sebagai wajah yang selalu menyambut dengan senyum saat dia harus memotret di lokasi peliputan yang sama.

Jessi Carina tak akan pernah lupa perhatian-perhatian Icha Kur yang mengena. Ini termasuk menyemangati dengan camilan yang tiba-tiba ada di mejanya dengan pesan dari "Kur".

Siang ini, Sabtu (1/8/2020), kami yang pernah berpapasan perjalanan hidup dengan Icha Kur mengantarkannya ke peristirahatan terakhir di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Tidak semua dari kami bisa datang. Pandemi, telah membuat sebagian dari kami tertahan di lokasi yang terpisah jarak dan waktu. Namun, satu yang tak akan terhalang oleh itu adalah doa.

Semua kenangan baik tentangmu, takdir hari baik untuk kepulanganmu, jejak-jejak pertemanan dan karyamu, semoga selalu menjadi amal yang akan selalu menyertaimu, Icha Kur.

Allahummaghfirlaha warhamha wa afihi wa'fu'anha... aamiin...

Sampai jumpa lagi, Kur....